Equityworld Futures Medan : pasar modal memperoleh hadiah Nobel melalui
karya riset tiga profesor ekonomi dari Amerika Serikat. Ketiga guru
besar bidang ekonomi yang meraih Nobel Ekonomi 2013 adalah Eugine
Francis Fama dan Lars Peter Hansen dari Universitas Chicago, Amerika
Serikat (AS), serta Robert James Shiller, profesor ekonomi Universitas
Yale, AS. Hasil analisa Hansen melengkapi analisa yang lebih dulu
diungkapkan Fama dan Shiller.
Yang menarik dari nobel ekonomi tahun ini, karena penelitian ketiga
pakar ekonomi ini seputar investasi di pasar modal. Ketiganya
menyimpulkan hasil penelitian mereka, yang menyatakan tidak ada cara
untuk memprediksi harga saham dan obligasi dalam beberapa hari atau
beberapa pekan ke depan. Tetapi sangat mungkin memperkirakan pergerakan
harga portofolio saham dan obligasi yang berfluktuasi itu dalam tiga
hingga lima tahun ke depan.
Hasil riset juga menghasilkan perhitungan index fund dalam jangka
panjang dan menyimpulkan instrumen investasi reksa dana yang paling
memberikan hasil atau return yang optimal dalam jangka waktu panjang.
Ketiga pakar ekonomi itu dinilai berhasil menjelaskan cara untuk
memahami pergerakan harga saham dan obligasi di pasar modal, serta
menghitung potensi keuntungan kedua instrumen investasi ini dalam jangka
waktu panjang.
Shiller mengungkapkan, pelaku pasar modal sudah banyak belajar
menghitung nilai aset wajar dari setiap instrumen. Tetapi ada elemen
dasar manusia di dalamnya yang tak tereduksi."Jadi, prediksi atas harga
atau nilai sebuah aset, mirip dengan memprediksi apa yang akan dilakukan
oleh seseorang, yang tentunya tidak mudah,” paparnya.
Ia lantas bertanya, apakah ada ilmu untuk memprediksi apa yang akan
dilakukan seseorang? “Jawabannya adalah tidak ada, karena ada elemen
humanis yang tidak bisa dihilangkan. Inilah yang membuat mengapa ranah
keuangan tidak akan pernah benar-benar memahami pergerakan harga aset,”
ungkapnya.
Fama mengungkapkan dua konsep penting dalam investasi di pasar modal.
Pertama tentang usulan tiga jenis inefisiensi yaitu bentuk yang lemah,
semi kuat, dan kuat.
Dalam inefisiensi yang lemah, informasi yang diperhitungkan, hanya harga historis, yang dapat diprediksi dari tren harga.
Sementara bentuk semi kuat, mensyaratkan semua informasi publik sudah
tercermin dalam harga, misalnya pengumuman perusahaan dan profil
pendapatan tahunan (annual report). Untuk efisiensi pasar yang kuat,
mencakup semua informasi, termasuk informasi pribadi yang dimasukkan
dalam harga. Artinya, tidak ada informasi monopoli yang dapat
menciptakan keuntungan.
Ia juga menyimpulkan, insider trading pun tidak bisa meraih
keuntungan dalam dunia efisiensi pasar yang kuat. Insider trading
adalah perdagangan yang dilarang, karena dilakukan setelahmendapatkan
informasi material tentang perusahaan yang sahamnya ingin dibeli.
Konsep kedua Fama memaparkan, efisiensi pasar dapat dikesampingkan
tanpa penolakan terhadap model keseimbangan pasar, misalnya, dalam
mekanisme penetapan harga. Meski efisiensi pasar menjelaskan bagaimana
informasi sudah tercermin pada harga saham, Fama menekankan, efisiensi
pasar harus diuji dalam konteks ekspektasi keuntungan.
Sementara menurut Hansen, setidaknya ada dua aspek yang dapat
menjelaskan ketidakpastian masa depan serta cara mengatasi
ketidakpastian dan risiko. Pertama, metode bagaimana semua bisa berbuat
tanpa harus melakukan apapun.
"Jika kita ingin mempelajari sistem ekonomi yang dinamis, kita harus
fokus pada kaitan antara pasar aset dan ekonomi makro tanpa memodelkan
segalanya sekaligus,” ungkapnya. Aspek kedua yang harus dilihat, kata
Hansen, adalah kenyataan bahwa para investor merespons informasi dan
berjuang keras memahami apa sudut pandang yang tepat terhadap dunia
investasi. (Tim BEI)
(rzk)
No comments:
Post a Comment