Equityworld Futures Medan : Minyak
ditransaksikan mendekati level $48 per barel di tengah spekulasi yang
berkembang terkait persediaan minyak AS akan memperburuk banjirnya
pasokan minyak global yang didorong harga menuju ke level terendah dalam
lebih dari lima tahun terakhir.
Minyak
berjangka stagnan pasca turun dalam empat hari terahir di New York.
Stok minyak di negara konsumen minyak terbesar dunia kemungkinan naik
700.000 barel pekan lalu, survei Bloomberg News menunjukkan sebelum
rilis laporan pemerintah hari ini. China tidak akan mendorong rebound
harga minyak tahun ini karena pertumbuhan impor minyak mentah bersih
akan melambat pada 2015, Citigroup Inc strategi termasuk Ivan Szpakowski
mengatakan dalam catatan penelitiannya.
Minyak
merosot hampir setengah pada tahun 2014, terbesar sejak krisis keuangan
tahun 2008 lalu, seiring Amerika Serikat mengeksplorasi minyak mentah
pada laju tertinggi dalam lebih dari tiga dekade terakhir dan Organisasi
Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menolak untuk memangkas
produksi. Iran telah mengadakan pembicaraan dengan Rusia untuk
mengurangi produksi di produsen minyak mentah terbesar di dunia, dengan
'belum ada kesimpulan yang tercapai,' menurut Menteri Perminyakan Iran
Bijan Namdar Zanganeh.
Minyak
WTI (West Texas Intermediate) untuk pengiriman Februari naik sebesar 19
sen, atau 0,4 persen, pada level $48,12 per barel di New York
Mercantile Exchange pada pukul 8:33 pagi waktu Singapura. WTI berjangka
turun $2,11 ke level $47,93 kemarin, penutupan terendah sejak 21 April
2009 lalu. Volume semua berjangka yang diperdagangkan sebesar 68 persen
di bawah moving average 100 hari.
Minyak
Brent untuk pengiriman Februari turun sebesar $2,01, atau 3,8 persen,
ke level $51,10 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis
di London kemarin. Itu penutupan terendah sejak 30 April 2009. Minyak
mentah acuan Eropa mengakhiri sesi lebih tinggi sebesar $3,17 dibanding
WTI. (izr)
Sumber: Bloomberg
No comments:
Post a Comment