Equityworld Futures Medan : Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat (AS) terus terjadi karena faktor gejolak eksternal
seperti Pemilu Yunani. Namun hal tersebut dapat disiati dengan penguatan fundamental di dalam negeri.
Seperti yang diketahui, Yunani berkeinginan keluar dari keanggotaan
negara Uni Eropa yang membuat gejolak dan mengkhawatirkan pasar-pasar
modal dunia, selain itu tentu mempengaruhi mata uang dunia termasuk
Rupiah.
"Nah itu implikasinya itu, yang mengkhawatirkan," ucap Menteri
Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil, di Jakarta, Kamis
(8/1/2015).
Sofyan mengaku, faktor eksternal seperti ini memang di luar kontrol
pemerintah, namun tentunya pemerintah tidak hanya tinggal diam. Mantan
menteri BUMN ini menyebut, hal yang dapat dilakukan adalah memperbaiki kebijakan dalam negeri.
Sofyan menjelaskan, kebijakan dalam negeri tersebut seperti
menurunkan harga BBM karena turunnya harga minyak dunia yang akan
dilakukan pada 1 Februari 2015, selain itu akan terus mempercepat
reformasi struktural sehingga kesempatan ini bisa menarik banyaknya
investasi masuk ke dalam negeri. Dirinya pun tidak dapat memperkirakan
sampai kapan pelemahan Rupiah ini terjadi ketika ada gejolak Yunani.
"Ada hal-hal dalam hidup dunia ini, dunia yang bersatu, dunia yang
sudah menjadi global relation seperti ini banyak hal yang enggak bisa
kita hindari. Faktor eksternal seperti kasus Yunani itu, tidak hanya
pengaruh kepada pemerintah, eropa, tapi juga terutama kepada
negara-negara Eropa," imbuhnya.
Lanjut Sofyan mengungkapkan, penguatan fundamental dalam negeri juga
bisa dilakukan dengan mengambil kebijakan yang menguntungkan, seperti
misalnya mengambil tindakan keras dalam hal sistem distribusi dan tata
niaga.
"Tata niaga karena itu akan mempengaruhi inflasi, jadi masih yang banyak kita pikirkan menghadapi beberapa faktor," imbuhnya.
Dirinya pun mengibaratkan kondisi perekonomian RI akan baik jika
bersahabat dengan boom and bust dalam perekonomian dunia. "Lalu ada
diskusi seorang ahli yang mempelajari tentang kondisi perekonomian dunia
beberapa tahun terakhir defending bisa boom and bust. Bagaimana kita
bersahabat dengan boom and bust dalam perekonomian dunia. Ini seperti
saat ini, siapa duga dua bulan lalu harga minyak turun hampir USD50 per
barel tapi sekarang 2 bulan ke depan bisa saja ke USD80 per barel,"
tukasnya.
(rzk)
No comments:
Post a Comment