Equityworld Futures Medan : Indonesia kebanjiran dana asing yang masuk sejak awal tahun ini. Dana
asing yang sudah mencapai Rp 57 triliun ini berpotensi ditarik kembali
ke luar negeri.
Pasalnya, kata Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual, dana asing yang masuk ini berbentuk hot money, bukan investasi asing secara langsung tapi hanya dana yang masuk ke sektor keuangan.
"Hot money yang masuk itu sudah Rp 57 triliun, ini yang dikhawatirkan," katanya kepada detikFinance, Selasa (10/3/2015).
Jika
investor mulai menarik dananya ke luar negeri, maka permintaan dolar AS
semakin tinggi, sehingga nilainya diprediksi kembali melambung. Bank
Indonesia (BI) sudah mengantisipasi hal ini dengan menaikkan cadangan
devisa (cadev) Indonesia.
David menambahkan, sejak awal tahun ini
dana asing yang masuk ke pasar keuangan sekitar Rp 25 triliun.
Rata-rata nilai tukar dolar AS saat asing masuk ada di kisaran Rp
12.500.
"Mereka masuknya bertahap, ada yang di Rp 12.700 ada di Rp 12.900. Ada juga yang masuk pas sudah Rp 13.000," katanya.
Beberapa
faktor yang bisa membuat asing menarik dananya adalah ekonomi Amerika
Serikat (AS) yang membaik lebih cepat dari prediksi. Selain itu, rencana
Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga juga bisa jadi alasan.
"Ini faktor domestiknya. Ada yang bilang kalau turunkan suku bunga, kurs
bisa menguat kayak 2008-2010. Tapi waktu itu kan bersamaan dengan Quantitative Easing (QE) The Fed, jadi banyak dana asing masuk ke sini," ujarnya.
Nah,
situasi sekarang ini terbalik. Jika Indonesia menurunkan suku bunga,
maka dana asing malah akan beranjak dari dalam negeri dan memilih masuk
AS yang ekonominya sudah membaik.
Menurut David, saat ini
investor dan pelaku pasar menunggu upaya pemerintah, untuk membuat uang
panas itu jadi dingin, caranya dengan diubah menjadi investasi langsung.
Upaya
pemerintah yang sudah dilakukan adalah memberi kemudahan dalam
berinvestasi, salah satu contohnya adalah perizinan satu pintu oleh
Badan Koordinator Penanaman Modal (BPKM).
No comments:
Post a Comment