Equityworld Futures Medan : Harga
emas meningkat pada Jumat (27/2/2015) ini, usai data ekonomi AS menguat
di luar prediksi dan mengangkat dolar serta didorong meredanya
pembelian dari China.
Ini merupakan imbas dari Federal Reserve yang mengindikasikan tidak akan terburu-buru untuk menaikkan suku bunga.
Dolar naik terhadap sekeranjang mata uang sebagai data pesanan barang
tahan lama AS pada bulan Januari mengalahkan perkiraan, mendorong
kepercayaan dalam kegiatan usaha meskipun kekhawatiran lonjakan
baru-baru ini dalam dolar menyakiti ekspor.
Harga emas di pasar spot naik 0,3 persen menjadi US$ 1.208 per ounce. Sebelumnya harga emas mencapai sesi tinggi US$ 1.220 per ounce, di atas rata-rata 100-hari pada posisi US$ 1.216,20 per ounce, sebelum mundur karena penguatan dolar.
Emas untuk pengiriman April naik 0,7 persen untuk menetap di US$ 1.210,10 per ounce.
"Pasar terasa agak berat. Kami sudah membeli baik emas fisik dari Timur Jauh China dibuka
setelah libur Imlek Minggu di atas US$ 1.210-US$ 1.212, tapi berhenti,"
ujar Kepala perdagangan MKS Afshin Nabavi melansir Reuters.
Harga emas telah jatuh sekitar 10 persen dibanding tahun lalu,
sebagian besar karena prospek suku bunga AS yang lebih tinggi, yang akan
meningkatkan biaya pada non yield, sementara dolar naik.
Harga logam sempat naik awal pekan ini setelah Gubernur Fed Janet
Yellen menunjukkan bank sentral AS tidak terburu-buru untuk menaikkan
suku bunga, yang menyebabkan beberapa analis menggeser harapan untuk
kenaikan suku bunga AS pertama sejak 2006 hingga September atau akhir
tahun ini.
Harga premi emas di Shanghai Gold Exchange tetap kokoh sekitar US$ 4-
US$ 5 per ounce setelah liburan Tahun Baru China pada 18-24 Februari.
Data
menunjukkan bahwa impor emas China dari Hong Kong naik pada bulan
Januari dari bulan sebelumnya, yang mencerminkan peningkatan permintaan
menjelang Tahun Baru Imlek.
Impor emas dari Hong Kong naik menjadi 76,118 ton bulan lalu dari
level terendah tiga bulan dari 71,381 ton pada bulan Desember. (Nrm)
No comments:
Post a Comment