Equityworld Futures : Indeks saham berjangka Eropa turun,
pasca ekuitas membukukan kenaikan mingguan, terkait menteri keuangan
China meredam spekulasi bahwa pemerinta akan meningkatkan stimulus
perekonomian di China. Sementara Indeks berjangka AS dan saham Asia juga
melemah.
Saham Siemens AG dapat bergerak pasca
pihaknya setuju untuk membeli saham Dresser-Rand Group Inc sebesar $7,6
miliar. Saham Cermaq ASA mungkin aktif karena Mitsubishi Corp menawarkan
untuk membeli sebagian sahamnya. Saham Dixons Carphone Plc mungkin
bergerak pasca orang-orang yang terbiasa dengan masalah ini mengatakan
pihak perusahaan sedang dalam pembicaraan untuk membeli beberapa toko
Phones 4u. Saham Tesco Plc mungkin aktif pasca pihaknya mengatakan akan
menyelidiki overstatement laba.
Kontrak berjangka pada indeks Euro Stoxx
50 yang berakhir pada bulan Desember turun sebesar 0,5 persen ke level
3.246 pukul 07:06 pagi di London. Indeks Stoxx Europe 600 naik sebesar
1,2 persen pekan lalu, dengan Indeks FTSE 100 mendapatkan sebesar 0,5
persen, karena Skotlandia memilih untuk tetap berada di Inggris dan
Federal Reserve mengindikasikan suku bunga AS tidak akan meningkatkan
dalam waktu dekat ini.
FTSE 100 berjangka turun sebesar 0,4
persen pada hari ini. Kontrak Indeks Standard & Poor 500 turun
sebesar 0,5 persen, sementara Indeks MSCI Asia Pacific turun sebesar 0,6
persen.
Indeks Stoxx 600 reli sebesar 0,9 persen
pada 19 September kemarin dan ditutup sebesar 0,3 persen, level
tertinggi dicapai pada bulan Juni lalu, merupakan yang tertinggi dalam
enam tahun terakhir. Indeks berada pada laju yang tepat untuk kenaikan
pada kuartalan kelima secara berturut-turut, merupakan kenaikan
terpanjang sejak 2006 silam, karena Bank Sentral Eropa meningkatkan
langkah-langkah stimulus.
Menteri Keuangan China Lou Jiwei
menegaskan bahwa pemerintah tidak akan melakukan penyesuaian terhadap
kebijakan utama dalam menanggapi perubahan indikator ekonomi individu,
bahkan saat ia mengatakan, bahwa pertumbuhan ekonomi akan menghadapi
penurunan. Komentarnya tersebut tidak terbukti terkait spekulasi bahwa
data ekonomi yang lebih lemah akan memacu stimulus lebih lanjut dalam
perekonomian di China. (vck)
Sumber: Bloomberg
0 comments:
Post a Comment