Monday, October 13, 2014

Impor pangan Indonesia bisa capai Rp 1,5 Triliun

Equityworld Futures : Direktur Utama PT Rajawali Indonesia (RNI) Ismed Hasan Putro memperkirakan Indonesia akan melakukan impor pangan senilai Rp 1,5 triliun pada 2020 mendatang. Perkiraan tersebut bisa saja menjadi terealisasi jika tidak mampu mengolah sumber daya alam dan lahan pertanian dengan baik.
Hal ini diperparah jika produksi pangan nasional tidak mencukupi untuk kebutuhan masyarakat. Sehingga mau tidak mau Indonesia harus akan melakukan impor pangan dalam jumlah yang besar lima tahun ke depan.
"Pada 2020 impor bahan kebutuhan pangan semakin besar, seperti beras daging, terigu, bahkan hingga ikan asin dan jengkol. Ini seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Sementara lahan pertanian kita menyusut," ujarnya di Kantor RNI, Jakarta, Minggu (12/10).
Indonesia membutuhkan perusahaan yang bergerak dalam industri pada sektor pangan. Hal ini guna menopang dan mensubstitusi petani yang beralih profesi. "Kita tetap fokus ke bisnis pangan. Indonesia butuh korporasi yang bergerak industrialisasi pangan. Ini tidak bisa lagi diserahkan kepada petani. Mereka masih konservatif dan banyak yang beralih profesi. BUMN harus bergerak ke sini."
Dia mencontohkan, saat ini lahan pertanian untuk padi di wilayah Sumatera Selatan banyak yang telah beralih fungsi sebagai lahan perkebunan sawit. "Kalau kita berdaulat di padi, kita akan terus melakukan impor dari Vietnam. Kita sekarang masih menggantungkan gandum dari Amerika Serikat. Kalau ini diboikot bagaimana? Kedelai juga masih harus impor, bahkan jengkol juga masih impor dari Malaysia," ungkapnya.
[arr]

0 comments:

Post a Comment