Tuesday, December 20, 2016

Hingga Kuartal I 2017, Adaro Belum Nikmati Kenaikan Harga


Kenaikan harga batu bara diyakini tidak akan berdampak pada kinerja PT Adaro Energy Tbk (ADRO) hingga akhir tahun nanti, bahkan hingga kuartal pertama tahun depan. Pasalnya, sebagian besar kontrak yang dimiliki perusahaan tambang tersebut rata-rata bersifat jangka panjang.

Sekretaris Perusahaan Adaro Mahardika Putranto mengatakan, harga batu bara paling tidak diperbaharui satu tahun sekali. Hal ini membuat kenaikan harga batu bara tidak akan berimbas pada kinerja Adaro sampai akhir tahun 2016 lantaran pada awal tahun harga batu bara masih sekitar US$53 per metrik ton.

"Adaro belum bisa menikmati. Harga yang digunakan masih di bawah harga sekarang, kami masih harga awal tahun, harga lama. Jadi, harga sekarang itu bisa terlihat pada tengah tahun 2017," ungkap Mahardika, Senin (19/12).

Menurut Mahardika, paling tidak 50 persen kontrak sifatnya permanen dan tidak bisa diubah hingga setahun kemudian. Sementara, sisanya lebih fleksibel atau bisa diubah dalam hitungan bulan.

"Ada yang tiga bulan, enam bulan," terangnya.

Sehingga, ia menegaskan pihaknya belum dapat memastikan harga yang akan ditetapkan tahun depan. Hal itu masih dalam pengkajian perusahaan dan baru akan dipublikasikan pada akhir Januari tahun depan.

"Kalau sekarang kan New Castle sekitar US$82-US$83 per metrik ton. Untuk harga tahun depan akhir Januari," imbuhnya.

Namun demikian, Adaro akan mempertahankan jumlah produksinya hingga tahun depan di tengah kenaikan harga batu bara ini. Produksi perseroan akan stagnan pada tahun depan, yaitu sekitar 52 juta-54 juta metrik ton.

"Itu kami kan masih flat (datar) produksinya. Di tambang mungkin ada kapasitas tambah, tapi sedikit. Tapi akan stagnan," jelas Mahardika.

Hingga kuartal III, total produksi Adaro baru menyentuh angka 39 juta ton. Perseroan berharap, paling tidak produksi batu bara dapat mencapai target. "Harapannya tercapai, tahun kemarin kan meleset," katanya.

0 comments:

Post a Comment