Monday, July 2, 2018

Kesalahan-kesalahan Dalam Merencanakan Dana Pendidikan

Equity World Medan - Lebaran dan liburan telah usai, THR telah habis sesuai dengan pos dan porsinya. Ada yang habis untuk lebaran semua, dan ternyata ada yang 'njagakne' alias mengandalkan THR untuk biaya sekolah. Semua sah-sah saja. Namun sebenarnya tepatkah menjadikan THR sebagai sumber biaya pendidikan?

Menjadikan THR sebagai sumber biaya pendidikan tentu boleh-boleh saja, yang perlu menjadi perhatian adalah, sesuaikah jumlahnya dengan kebutuhan biaya sekolah? Menjadi masalah lagi, jika THR adalah satu-satunya sumber.

Ketika tidak cukup maka, banyak yang mengandalkan pada 'utang' atau 'pinjaman' dari pinjaman lunak, hingga pinjaman dengan agunan SK, sertifikat aset dan pinjman tanpa agunan, yang bunganya bisa dibilang 'wow'.

Menurut Aidil Akbar Madjid, pakar perencanaan keuangan, kebutuhan biaya yang paling besar adalah biaya pendidikan dan biaya pensiun, sehingga harus dibentuk sejak jauh-jauh hari, atau setidaknya sejak sekarang.

'Kebutuhan biaya pendidikan, seharusnya diambil dari dana investasi pendidikan, bukan cash flow'. Alurnya: cash flow - investasi dana pendidikan -biaya pendidikan. Namun faktanya banyak yang salah atau kurang tepat dalam merencanakan biaya pendidikan.

Berikut beberapa kesalahan dalam merencanakan dana pendidikan.

TIDAK MERENCANAKAN SAMA SEKALI
Kesalahan ini adalah kesalahan paling fatal, karena pada akhirnya membebankan biaya pendidikan dari cash flow (gaji) bulanan. Padahal biaya pendidikan relatif sangat besar yang lumayan berat jika hanya dipenuhi dengan cash flow bulanan tanpa berinvestasi.

Mengapa terjadi? Sebagian ada yang berpendapat, "ahh sudahlah ngalir saja, rejeki udah ada yang mengatur".

Misalnya saja, biaya kuliah saja 18 tahun yang akan datang, dengan kenaikan biaya pendidikan sebesar 15% (data BPS), akan menjadi sekitar Rp 2-6 miliar.

TERLAMBAT MERENCANAKAN
Kesalahan kedua adalah terlambat merencanakan. Hal ini terjadi bukan karena orang tua tidak menyadari pentingnya merencanakan dana pendidikan, namun mengaggap ringan, enteng alias tidak menempatkan perencanaan pendiikan dalam skala prioritas, dan menjadikannya prioritas ke sekian, dikalahkan oleh kebutuhan lain, seperti mobil baru, rumah baru, dll. Sehingga ketika anak sudah mulai sekolah baru merasa butuh biaya relatif besar.

Selain karena faktor menunda, juga karena faktor tertunda akibat adanya beban utang konsumtif, yang harus disegerakan untuk dibayar.

Makanya jangan sampai terlambat, termasuk juga terlambat belajar tentang keuangan dan investasi karena yang akan rugi ya anda sendiri.

Sumber : Detik.com

PT. Equityworld Medan
EWF Medan

Lowongan Kerja Terbaru 2018

Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment