Friday, August 13, 2021

Bayangkan, Apakah yang Terjadi Jika Nilai Bitcoin Jadi Nol?

 Harga Bitcoin Kembali Turun usai Elon Musk Komentar di Twitter - Bisnis  Tempo.co 

PT Equityworld Futures Medan-PT Equityworld Futures Medan-Tren investasi di aset digital atau mata uang digital masih belum memudar. Bahkan dalam beberapa hari terakhir, investor kembali melirik pasar mata uang digital atau kripto (cryptocurrency).
Seiring masih tingginya minat berinvestasi di kripto, jumlah mata uang digital pun terus bertambah, di mana saat ini ada sekitar 11.000 lebih mata uang kripto yang diakui oleh banyak investor, perusahaan platform trading kripto, dan website penyedia data pergerakan harga kripto, seperti CoinMarketCap

Padahal pada tahun lalu, baru ada sekitar 6.000 mata uang kripto yang terdaftar di CoinMarketCap.


Tak hanya jumlahnya yang semakin besar, kapitalisasi pasar gabungan mereka telah meledak dari yang sebelumnya sebesar US$ 330 miliar kini menjadi sekitar US$ 1,6 triliun pada saat ini.

Angka itu hampir menyentuh nilai produk domestik bruto (PDB) Kanada. Lebih dari 100 juta dompet digital mampu menampungnya, bertambah sekitar tiga kali lipatnya dari jumlah pada tahun 2018 lalu.

Para pemegang kripto juga menjadi lebih canggih dan tentunya 'berkantong tebal'. Beberapa Institusi menghitung jumlah investor di kripto yang aktif melakukan trading sebesar 63% dari perdagangan, naik dari 10% pada tahun 2017.

Trader KriptoFoto: Chainalysis & The Economist
Namun, kabar positif ini tentunya tidak begitu saja dilalui tanpa rintangan. belakangan ini, kripto terbesar, yakni bitcoin telah gagal mempertahankan harganya di rekor tertinggi.

Harga tertinggi bitcoin saat ini mencapai kisaran level US$ 64.000 atau setara dengan Rp 928 juta/koin (kurs Rp 14.500/US$) yang terbentuk pada April lalu.

Namun, rekor tersebut tak berlangsung lama. Pada Mei lalu, bitcoin ambruk hingga ke kisaran level US$ 30.000. Bahkan pada pertengahan Juli lalu, bitcoin terus ambles hingga sempat menyentuh level terendahnya sepanjang tahun ini, yakni di kisaran level US$ 29.000.

Walaupun sempat ambruk ke level terendahnya, namun menjelang berakhirnya bulan Juli, bitcoin secara perlahan merangkak naik dan kini kembali ke atas level US$ 40.000, walaupun hingga saat ini bitcoin masih belum mampu kembali ke level rekor tertingginya.

Setiap kesulitan yang dialami oleh industri kripto membuat semua orang yang berinvestasi di aset digital tersebut bertanya-tanya, seberapa buruk dampaknya?

Tampaknya, tak sedikit pihak yang dipertaruhkan agar mata uang kripto tidak runtuh dalam jangka panjang, termasuk bagi para investor yang fanatik dengan kripto, di mana mereka melihat bitcoin sebagai masa depan keuangan.

Walaupun begitu, pada dasarnya kripto merupakan aset berisiko yang tergolong paling volatil dibandingkan dengan aset berisiko lainnya, seperti saham.

Harga aset kripto pun juga mudah berpengaruh terhadap sentimen pendukungnya, seperti contohnya cuitan Twitter Elon Musk, adopsi pembayaran dengan kripto di beberapa perusahaan platform trading dan pengaruh regulasi dari otoritas moneter suatu negara yang dapat menyebabkan harga kripto anjlok atau sebaliknya.

Elon Musk, bos dari Tesla sebelumnya sempat mendukung bitcoin, secara singkat menambahkan tagar #bitcoin ke bio Twitter-nya pada Januari lalu.

Tesla kemudian mengumumkan pada Februari lalu bahwa mereka telah membeli bitcoin senilai US$ 1,5 miliar dan akan mulai menerimanya sebagai metode pembayaran.

Pada saat yang sama, Musk juga telah membuat sejumlah tweet mendukung dogecoin, yang menyebabkan reli yang cukup menakjubkan di koin digital bergambar 'meme' anjing Shiba Inu tersebut.

Musk pun sempat berubah pikiran, di mana pada Mei lalu, Tesla akan berhenti menerima bitcoin untuk pembelian mobil dengan alasan dampak lingkungan yang serius, yakni mengonsumsi banyak energi yang dibutuhkan untuk menambang kripto.

Namun pada awal Juni lalu, pandangan Musk terhadap kripto kembali berubah, di mana ia akan menerima kembali kripto termasuk bitcoin dengan syarat proses penambangannya sebagian ditenagai oleh energi bersih dan tentunya menggunakan energi terbarukan.

Selain dari pengaruh Elon Musk, volatilitas kripto juga terjadi karena ketatnya regulator di suatu negara, di mana pada Mei lalu, China kembali bersikeras untuk menindak segala bentuk transaksi dalam bentuk kripto.

Tak hanya China, beberapa negara lainnya seperti Iran, Vietnam, dan Rusia juga melarang kripto dapat ditransaksikan secara bebas.

Namun, ada pula negara-negara yang menerima bitcoin atau kripto lainnya sebagai mata uang utama kedua di negaranya. Negara tersebut mayoritas berada di Amerika Latin, seperti El Salvador, Panama, dan Paraguay.

Sementara untuk Amerika Serikat (AS), posisi sebenarnya berada di tengah-tengah, di mana sebagian pihak ada yang mendukung, namun sebagian lainnya menolak. Pihak yang mendukung umumnya merupakan perusahaan terkemuka seperti Microsoft, Subway, Overstock, dan lain-lainnya.

Sedangkan pihak yang menolak mayoritas merupakan lembaga-lembaga pemerintah, termasuk Menteri Keuangan AS, Janet Yellen.

Walaupun saat ini bitcoin dan kripto lainnya sedang mencoba untuk kembali menyentuh level tertingginya masing-masing, namun investor jangan terlena dan tetap terus memantau perkembangan sentimen yang hadir.

Hal ini karena sifat kripto yang sangat volatil, di mana sewaktu-waktu, harga kripto dapat kembali ambles, bahkan mungkin saja ambles hingga menyentuh level terendahnya kembali.

Menurut Mohamed El Erian, analis di perusahaan asuransi Allianz, setidaknya ada tiga tipe investor di pasar kripto.
Pertama, investor yang percaya bahwa bitcoin dan kripto lainnya dapat menjadi mata uang di masa yang akan datang.

Selanjutnya tipe investor yang kedua yakni investor yang menganggap bahwa nilai suatu kripto akan terus meningkat, karena akan lebih banyak investor yang berinvestasi di kripto.


Sedangkan yang terakhir atau ketiga yakni investor yang hanya sekadar mencari keuntungan saja, atau bisa dikatakan spekulan, bahkan ingin berjudi.

Adapun dampaknya jika kripto kembali crash suatu saat nanti, investor tipe pertama cenderung akan berpikir ulang, karena jatuhnya kripto tak seperti mata uang suatu negara yang cenderung tak telalu dalam pelemahannya. Dana mereka akan terjual habis karena anjloknya kripto.

Sedangkan untuk investor tipe kedua, crash kripto di masa yang akan datang akan mempengaruhi pikirannya dan juga berubah pikiran bahwa nilanya bisa berkurang.

Tetapi bagi investor tipe ketiga, hal ini dapat dimanfaatkan oleh mereka, karena mereka seakan tidak peduli jika kripto anjlok atau kembali melesat.

Sementara itu menurut Philip Gradwell, dari sisi penambang kripto, kejatuhan kripto di masa yang akan datang akan memiliki lebih sedikit insentif untuk melanjutkan, sehingga proses verifikasi dan pasokan bitcoin terhenti serta menyebabkan investor mungkin juga akan membuang cryptocurrency lainnya.

"Kemarahan baru-baru ini menunjukkan bahwa kemana bitcoin pergi, uang digital lainnya mengikuti." kata Philip Gradwell dari Chainalysis, sebuah perusahaan data.

Terlepas dari masih volatilnya kripto dan potensi kejatuhan kripto di masa depan masih akan terjadi, beberapa analis tetap optimis dan mengatakan bahwa prospek bitcoin dan kripto lainnya masih cukup bagus, walaupun di AS, aturan terkait kripto masih belum diatur secara jelas.

"Sektor kripto itu sendiri masih terbilang baru, di mana kripto berpijak sesuai industri teknologinya yang baru lahir, namun dengan adanya pajak kripto, hal itu dapat mengganggu pertumbuhannya," kata Lucia della Ventura, seorang peneliti di Trinity College Dublin dan manajer kepatuhan hukum di perusahaan perangkat lunak keuangan Ledgermatic, dikutip dari CoinDesk


Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan


Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan



0 comments:

Post a Comment