Tuesday, August 31, 2021

"Kutukan" Harga Emas Patah, John Paulson: Saatnya Borong!

Gold bars are stacked in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder PT Equityworld Futures Medan-Harga emas dunia kembali naik pada perdagangan Selasa (31/8/2021) setelah terkoreksi di awal pekan kemarin. Pergerakan tersebut menjadi indikasi membaiknya sentimen terhadap emas sejak simposium Jackson Hole Jumat pekan lalu. Saat itu, harga emas melesat 1,37%.
Pada pukul 12:20 WIB, emas dunia diperdagangkan di kisaran US$ 1.815,14/troy ons, menguat 0,27% di pasar spot. Kemarin, logam mulia ini turun 0,28%.


idr
Sebelumnya banyak analis yang memprediksi harga emas akan mengalami penurunan tajam. Tetapi pasca simposium Jackson Hole di Amerika Serikat (AS) Jumat pekan lalu, "kutukan" tersebut berakhir.

Wang Tao analis komoditas dari Reuters, menjadi salah satu yang memprediksi emas akan jeblok, menggunakan analisis teknikal.

Tetapi, Wang kini memperkirakan gejolak harga emas sepertinya tidak akan terlalu tinggi. Menurutnya, harga akan bergerak cenderung stabil di atas titik support US$ 1.808/troy ons dan kemudian mencoba menguji titik resistance US$ 1.826/troy ons.

"Harga emas sudah sepertinya sudah mematahkan tren penurunan. Harga akan bangkit ke kisaran US$ 1.808/troy ons dan mungkin bisa menuju ke US$ 1.856-1.904/troy ons," sebut Wang dalam risetnya.

Sementara itu, investor legendaris sekaligus triliuner John Paulson, juga saat ini bullish terhadap emas, akibat inflasi yang tinggi. Berbicara di Bloomberg TV, Paulson bahkan merekomendasikan membeli emas saat ini.

"Saat inflasi meningkat, investasi yang logis adalah emas," kata Paulson, Senin (30/8/2021).

Inflasi di Amerika Serikat sekarang sedang tinggi-tingginya, Paulson mengatakan hal tersebut sebagai permulaan dan masih akan menanjak lagi. Negara-negara lain yang menerapkan kebijakan moneter ultra longgar juga berpotensi mengalami kenaikan inflasi.

Saat itu terjadi, maka emas akan diuntungkan. Paulson juga mengatakan pada tahun 1970an, harga emas meroket akibat inflasi yang mencapai 2 digit.

Berdasarkan data Refinitiv di akhir 1969 harga emas berada di kisaran US$ 35/troy ons, kemudian sepanjang 1970 terus mengalami kenaikan hingga mencapai puncaknya pada 18 Januari 1980 di US$ 835/troy ons yang menjadi rekor tertinggi sepanjang masa selama 27 tahun.

Sepanjang tren kenaikan tersebut, harga emas dunia meroket nyaris 2.300%.

idr
Sementara itu dalam beberapa pekan terakhir, isu tapering sebelumnya membuat emas kesulitan untuk menguat. Sehingga simposium Jackson Hole di AS pada hari Jumat pekan lalu pun menjadi perhatian pelaku pasar, sebab ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, diperkirakan akan memberikan detail kapan dan bagaimana tapering akan dilakukan.

Benar saja, Powell memberikan petunjuk. Tapering akan dilakukan sebelum akhir tahun ini. Tetapi, emas bukannya merosot malah meroket. Sebabnya, Powell menegaskan setelah tapering dilakukan, bukan berarti suku bunga akan dinaikkan.

"Waktu mengurangi pembelian aset tidak berarti menjadi pertanda waktu kenaikan suku bunga. Keduanya merupakan hal yang berbesar secara substansial," kata Powell dalam pertemuan Jackson Hole.

Alhasil, meski tapering dilakukan di tahun ini, tetapi harga emas masih mampu menanjak, sebab suku bunga rendah 0,25% kemungkinan masih akan ditahan dalam waktu yang lama.

Selain QE, suku bunga rendah merupakan salah satu penopang kenaikan harga emas. The Fed sebelumnya memproyeksikan suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2023.


Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan


Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment