Monday, September 20, 2021

Ada The Fed, Hawa-hawanya Rupiah Bisa ke Rp 14.000-an/US$

foto : CNBC Indonesia/Muhammad Sabki PT Equityworld Futures Medan-Rupiah bergerak fluktuatif pada pekan lalu melawan dolar Amerika Serikat (AS), meski pada akhirnya mencatat pelemahan 0,18% ke Rp 14.225/US$ dalam sepekan.
Jika melihat pergerakannya, rupiah sebenarnya cukup perkasa, dan berpeluang mencatat penguatan di pekan ini, bahkan ada kemungkinan ke kisaran Rp 14.000an/US$. Tentunya dengan "syarat dan ketentuan berlaku", yakni pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed). Dilihat dari posisi saat ini, level Rp 14.000an/US$ tidak terlalu jauh, dan kali terakhir dicapai rupiah pada akhir Februari lalu.
idr

idr
Bank sentral pimpinan Jerome Powell ini akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (23/9) dini hari waktu Indonesia. Rupiah bisa berpeluang menguat tajam di pekan ini jika The Fed mengindikasikan bisa menunda tapering jika diperlukan. Hal itu bisa menjadi game changer yang akan membuat dolar AS terpuruk.

Sebab, Powell sebelumnya, mengindikasikan jika tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan tepat dilakukan di tahun ini. Beberapa pejabat elit The Fed juga sudah terang-terangan mengatakan ingin melakukan tapering di bulan November.

Sementara sebanyak 60% dari ekonom dalam survei terbaru Reuters mengatakan The Fed akan melakukan tapering pertama pada bulan Desember.


Tetapi rilis data tenaga kerja yang mengecewakan serta inflasi yang melambat membuat The Fed kini diperkirakan membuka banyak pilihan, tetap melakukan tapering jika pasar tenaga kerja kembali membaik, tetapi juga mempertimbangkan menunda tapering jika diperlukan.

Semuanya akan tergantung pada rilis data ekonomi AS di bulan Oktober nanti. Tetapi, The Fed tentunya harus menyampaikan hal tersebut pada pengumuman kebijakan moneter kali ini, dan hal tersebut dikatakan akan tricky.

"Sulit untuk antusias mulai melakukan tapering jika laju pemulihan pasar tenaga kerja memburuk" kata William English, sebagaimana dilansir Reuters.

English merupakan profesor di Yale School of Management, serta mantan pejabat The Fed yang ikut menginisiasi program pembelian aset di tahun saat krisis finansial global melanda di tahun 2007-2009.

"Mereka (The Fed) ingin melihat lebih banyak data. Dan jika mengecewakan lagi, mereka harus kembali menunggu .... Itu akan menjadi pernyataan yang tricky. Mereka ingin membuka ruang, tetapi tidak berkomitmen, itulah misi mereka," kata English

Artinya, jika benar The Fed memberikan indikasi bisa menunda tapering atau tidak akan terburu-buru melakukan pengurangan quantitative easing dan menunggu lebih banyak data lagi, dolar AS akan terpuruk, dan rupiah bisa melaju kencang di pekan ini.

Selain The Fed, Bank Indonesia juga akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis siang. Artinya, setelah The Fed mengumumkan kebijakannya.

Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode September 2021 pada 20-21 September. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate tidak berubah.

Seluruh institusi yang terlibat dalam konsensus sepakat bulat memperkirakan suku bunga acuan bertahan di 3,5%. Aklamasi, tidak ada dissenting opinion. Stabilitas rupiah masih menjadi alasan utama BI tetap mempertahankan suku bunga acuan 3,5%.

Secara teknikal, pola Hammer masih menjadi risiko utama rupiah. Sebelumnya, tekanan koreksi dari indikator stochastic yang oversold sudah meredah.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Kini, Stochastic sudah keluar dari wilayah oversold, tinggal pola Hammer yang menjadi sinyal pembalikan arah.

idr
idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Pola Hammer tersebut masih menjadi mimpi buruk bagi rupiah, pada perdagangan Kamis (9/9) rupiah menutup perdagangan di atas pola tersebut. Artinya, pola Hammer terkonfirmasi sebagai pola pembalikan arah, rupiah patut waspada. Pola Hammer baru batal ketika rupiah melewati tail (ekor) di Rp 14.170/US$.

Meski demikian, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100, dan MA 200 sepanjang pekan lalu. Artinya, rupiah bergerak di bawah 3 MA yang bisa memberikan tenaga menguat.

Selain itu, rupiah juga sudah menembus ke bawah bullish trend line (garis warna merah) yang menguntungkan dolar AS.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.200/US$, jika dilewati maka target selanjutnya Rp 14.170/US$. Penembusan di bawah level tersebut akan membawa Rupiah menuju Rp 14.150 hingga Rp 14.120/US$, dan membuka peluang ke Rp 14.000an/US$ jika area tersebut juga dilewati.

Sementara resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.230/US$ hingga Rp 14.250/US$. Jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.280/US$ hingga Rp 14.290/US$ yang merupakan MA 200. Penembusan di atas level tersebut akan membuat rupiah merosot di pekan ini ke menuju Rp 14.350/US$.


Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan


Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment