Wednesday, October 27, 2021

Bakal Ditantang Mitratel, Ini Lho Saham-saham Menara Tercuan!

 Tower Telekomunikasi – Samkang 

PT Equityworld Futures Medan-Subsektor menara telekomunikasi akan kedatangan 'pemain baru' dari Grup Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), yang diprediksi bakal semakin meramaikan persaingan di lini bisnis ini ke depan.
Mitratel dijadwalkan akan melantai di bursa pada 22 November mendatang dan menargetkan perolehan dana dari masa penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) ini hingga Rp 24,90 triliun.

Jika terealisasi dengan harga maksimal Rp 975 dari range Rp 775-Rp 975/saham, maka ini akan menjadi yang terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI), mengalahkan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) Rp 22 triliun di 6 Agustus silam.



Di tengah rencana 'manggung' Mitratel, salah satu raksasa menara pun sedang melakukan konsolidasi.

Baca: Wow! Laba BRI Q3 Melesat 36% Jadi Rp 19,26 T, Aset Rp 1.620 T
Emiten tersebut adalah PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) milik Grup Djarum yang pada awal bulan ini resmi mengakuisisi 94,03% saham emiten menara lainnya, PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) atau STP, dengan nilai transaksi Rp 16,73 triliun.

Lantas, bagaimana dengan kinerja saham-saham emiten menara sepanjang tahun ini?

Kinerja 5 Besar Saham Emiten Menara Telekomunikasi


Emiten

Kode Ticker

Harga Terakhir (Rp)

% 1 Bulan

% Ytd

Solusi Tunas Pratama

SUPR

14800

14.73

260.98

Centratama Telekomunikasi Indonesia

CENT

320

4.58

125.35

Tower Bersama Infrastructure

TBIG

2860

-4.35

75.46

Sarana Menara Nusantara

TOWR

1180

-10.61

22.92

Bali Towerindo Sentra

BALI

745

2.05

-6.88

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | Harga Terakhir per 26 Oktober 2021

Di bawah ini Tim Riset CNBC Indonesia akan membahas secara ringkas kinerja saham emiten penyedia menara telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam sebulan dan sejak awal tahun (year to date/ytd).

SUPR

Menurut data di atas, saham SUPR memiliki rapor paling moncer di antara yang lainnya. Dalam sebulan belakangan saham ini melesat 14,73%, sedangkan secara ytd meroket 260,98%.

Sebenarnya, saham SUPR tergolong saham yang cenderung 'tidur'. Contoh saja, dalam 4 hari terakhir saham ini tak bergerak dengan nilai transaksi antara 20-100 jutaan rupiah. Namun, lompatan harga yang luar biasa dimulai pada awal September 2021 di tengah kabar soal TOWR yang akan mencaplok SUPR.

Semenjak itu, saham SUPR cenderung bergerak naik hingga ke harga Rp 14.800/saham, tertinggi di antara saham emiten menara lainnya.

CENT

Di bawah SUPR, ada saham milik Grup Northstar CENT yang terkerek 4,58% dalam sebulan dan 'terbang' 125,35% sejak awal tahun ini.

Saham CENT memang cenderung menguat sejak awal tahun hingga akhirnya menyentuh level Rp 410/saham atau tertinggi sepanjang masa pada 9 Agustus 2021. Setelah itu, saham CENT sempat turun hingga level Rp 272/saham pada 5 Oktober 2021 dan mencoba kembali naik hingga ke harga terakhir pada Selasa (26/10) di Rp 320/saham.

Kenaikan harga saham CENT pada tahun ini salah satunya ditopang kabar akuisisi CENT oleh perusahaan asal Singapura EP ID Holdings Pte. Ltd alias Edge Point.

Pada awal Juli lalu resmi menjadi pengendali baru CENT setelah menambah kepemilikan saham menjadi lebih dari 76% dengan nilai transaksi akuisisi saham adalah senilai Rp 2,04 triliun.

Setelah akuisisi tersebut, Edge Point memutuskan untuk melakukan tender offer untuk membeli 2,57 miliar saham CENT. Jumlah tersebut setara dengan 8,25% dari total saham Centratama. Jika seluruh pemegang saham publik ikut serta, maka nilai transaksi tender offer ini bisa mencapai Rp 692,15 miliar.

Penawaran yang dilaksanakan Edge Point ini sedang berlangsung dan sudah berakhir pada Rabu pekan lalu, 20 Oktober 2021.

TBIG

Kemudian, saham Grup Saratoga TBIG yang kendati ambles 4,53% dalam sebulan, melambung 75,46% secara ytd.

Sejak awal tahun ini, saham TBIG cenderung mendaki dari level Rp 1.700-an/saham hingga sempat menyentuh level Rp 3.400/saham pada awal Juli lalu. Namun, setelah itu saham TBIG cenderung melorot hingga ke Rp 2.860/saham penutupan pasar Selasa kemarin.

Kabar terbaru, TBIG berencana menerbitkan surat utang dalam denominasi dolar atau Notes dengan jumlah pokok sebanyak-banyaknya US$ 900 juta atau sekitar Rp 12,82 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.250 per US$.
Terkait aksi korporasi ini, manajemen TBIG telah mendapatkan restu pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Kamis, 30 September 2021 di The Convergence Indonesia, Kawasan Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan.

Dana hasil penerbitan notes akan digunakan oleh perseroan untuk disalurkan kepada kelompok entitas anak, melalui pinjaman antarperusahaan dan/atau penyertaan modal.

Tujuannya, untuk melakukan pelunasan kewajiban utang yang jatuh tempo dan pembayaran dipercepat atas pinjaman, di mana perjanjian-perjanjian pinjaman tersebut tidak melarang adanya pembayaran dipercepat atau membiayai rencana ekspansi usaha di masa yang akan datang dan menunjang kebutuhan pendanaan perseroan dan entitas anak.

TOWR

Selanjutnya, saham TOWR yang anjlok 10,61% dalam sebulan terakhir, tetapi melesat 22,92% sejak awal tahun ini.

Memulai tahun di level Rp 970/saham, saham TOWR sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada 26 Juli 2021 di harga Rp 1.590/saham. Setelah menyentuh level tertinggi tersebut, saham TOWR cenderung 'menuruni bukit' hingga ke harga Rp 1.180/saham.

Sebelumnya, seperti yang telah disinggung di atas, TOWR telah resmi mengakuisisi 94,03% saham SUPR dengan nilai transaksi Rp 16,73 triliun.

Transaksi tersebut dilakukan pada 1 Oktober 2021 yang dilakukan melalui anak usaha TOWR, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) dengan harga pelaksanaan Rp 15.640 per saham, harga premium di atas harga tertinggi September lalu Rp 14.000/saham.

Dalam penjelasannya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen TOWR menyampaikan, latar belakang dilakukannya transaksi pengambilalihan di antaranya adalah untuk pengembangan usaha Protelindo serta perluasan jaringan usaha agar dapat memperkuat posisi Protelindo sebagai pemilik dan operator tower independen dalam rangka melayani operator telekomunikasi Indonesia.

Transaksi pengambilalihan ini akan memperkuat posisi Protelindo sebagai perusahaan tower independen terbesar di Indonesia dengan lebih dari 28.300 tower dan hampir 53.000 tenant dan rasio tenancy mendekati 1,9 kali.

Saat ini, TOWR sedang dalam proses untuk melakukan penawaran tender wajib di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) setelah Protelindo mengakuisisi 94,03% saham SUPR


Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan


Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment