Tuesday, January 18, 2022

Bursa Asia Dibuka Positif, Tapi Hang Seng-Shanghai Lesu

Bursa Asia, IHSG Naik 41,12 Poin, Nikke Jepang Melemah - Bisnis Tempo.co 

 PT Equityworld Futures Medan- Bursa Asia dibuka cenderung bervariasi pada perdagangan Selasa (18/1/2022), di tengah cenderung sepinya sentimen pasar dari Amerika Serikat (AS) karena pasar keuangan Negeri Paman Sam sedang libur nasional memperingati hari Martin Luther King Jr (MLK).
Indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,49%, Straits Times Singapura bertambah 0,21%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,34%.

Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong dibuka turun tipis 0,05% dan Shanghai Composite China melemah 0,21%.

Dikala pasar keuangan AS sedang libur, maka pasar saham Asia akan berfokus pada sentimen pasar di kawasan Asia itu sendiri.

Dari Jepang, bank sentral Negeri Sakura (Bank of Japan/BoJ) akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbarunya pada hari ini, di mana pasar memperkirakan BoJ akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level rendah yakni -0,1%.

Hal ini terjadi di tengah sikap bank sentral di berbagai dunia, utamanya di negara maju yang mulai bersikap hawkish untuk menekan kenaikan inflasi yang masih berlanjut.

"Mengenai penetapan suku bunga bank sentral, pasar sekarang sepenuhnya memprediksi bahwa bank sentral AS akan menaikan suku bunganya empat kali pada 2022, dan waktu kenaikan suku bunga ECB pertama telah dimajukan hingga September. Tetapi, bank sentral China malah memangkas suku bunga sebesar 10 bp kemarin di tengah prospek pertumbuhan yang tidak pasti," kata Tapas Strickland, direktur ekonomi dan pasar di National Australia Bank, dikutip dari CNBC International.


Meski masih berpotensi dovish, tetapi pembuat kebijakan di Negeri Sakura itu juga dikabarkan terus memperdebatkan bagaimana mengkomunikasikan kepada publik soal kenaikan suku bunga nantinya.

Apalagi, target inflasi 2% yang disepakati sebelumnya bisa lebih cepat tercapai, didorong oleh kenaikan harga yang meluas dan pandangan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang lebih hawkish.

Sementara itu dari China, Presiden Xi Jinping memperingatkan bahwa dengan adanya kenaikan suku bunga yang lebih cepat dapat menggagalkan pemulihan global dari pandemi virus corona (Covid-19).

"Jika ekonomi utama mengerem atau memutar balik kebijakan moneter mereka, akan ada dampak negatif yang serius," kata Xi melalui konferensi video di acara virtual The Davos Agenda.

Dia juga menyerukan kepada negara-negara maju untuk menjauh dari "mentalitas Perang Dingin", dengan mengatakan bahwa sejarah telah berulang kali menunjukkan bahwa konfrontasi hanya mengundang dampak bencana.

Pada penutupan perdagangan kemarin, pasar saham Asia cenderung tidak bereaksi lebih terhadap rilis data pertumbuhan ekonomi China pada kuartal IV-2021, yang menunjukkan ekonomi terbesar kedua di dunia itu tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan.

Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistic/NBS) melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Panda pada tahun 2021, PDB China berhasil tumbuh 8,1%, lebih tinggi dari tahun 2020.


Meski pada tahun 2021 cenderung lebih baik dari tahun 2020, tetapi pada kuartal IV-2021, PDB Negeri Panda mencapai 4%, melambat dari kuartal III-2021 yang sebesar 4,9%.

Hal ini disebabkan oleh kenaikan kasus virus corona (Covid-19) dan penurunan sektor properti. Lonjakan kasus covid China dalam pada akhir tahun menyebabkan sejumlah daerah memberlakukan penguncian atau lockdown seperti di kota Xi'an, Kebijakan tersebut menekan aktivitas ekonomi khususnya pada tingkat konsumsi masyarakat.

Sementara itu di sektor properti, pemerintahan Xi Jinping masih berkutat pada persoalan Evergrande. Gagal bayar (default) perusahaan tersebut berdampak negatif pada kepercayaan pembeli rumah maupun investor.


Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan


Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment