Wednesday, February 23, 2022

Hiraukan Konflik Rusia-Ukraina, Bursa Asia Mulai Menghijau

Bursa Korea Selatan (REUTERS) PT Equityworld Futures Medan-Mayoritas bursa Asia dibuka cenderung menguat pada perdagangan Rabu (23/2/2022), di tengah berlanjutnya krisis geopolitik antara Rusia dengan Ukraina.
Indeks Hang Seng (Hong Kong) dibuka menguat 0,32%, Shanghai Composite (China) bertambah 0,21%, dan KOSPI (Korea Selatan) melesat 0,84%.

Sedangkan untuk indeks Straits Times (Singapura) dibuka melemah 0,39% pada perdagangan hari ini.


Sementara untuk indeks Nikkei Jepang pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Ulang Tahun Kaisar.

Cenderung menghijaunya bursa Asia pada hari ini terjadi di tengah ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang masih memanas.

Kabar terbaru datang dari Amerika Serikat (AS), di mana Presiden AS, Joe Biden memberikan sanksi kepada dua bank Rusia yakni bank VEB dan bank militer Rusia (PSB). Institusi finansial di AS tidak diizinkan untuk memproses transaksi ke dua bank tersebut.

Sanksi juga diberlakukan ke obligasi yang membuat Rusia tidak bisa lagi menjualnya ke Negara Barat. Beberapa individu Rusia juga diberikan sanksi oleh Biden.

Hal ini dilakukan setelah Rusia mengirim pasukannya ke wilayah Donetsk dan Luhansk yang sebelumnya diakui kemerdekaannya dari Ukraina oleh Presiden Vladimir Putin.

"Ini adalah awal dari invasi Rusia ke Ukraina, Putin mengindikasikan hal tersebut dan meminta izin Duma (parlemen) untuk melakukannya. Jadi saya mulai memberikan sanksi," kata Biden sebagaimana diwartakan CNBC International.

Tak hanya di AS, Inggris pun juga menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap lima bank asal Rusia. Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson akan memberikan sanksi kepada Rossiya Bank, IS Bank, General Bank, Promsvyazbank dan Black Sea Bank.

Selain lima bank Rusia, Johnson juga akan memberikan sanksi kepada tiga individu Rusia dengan kekayaan bersih yang sangat tinggi, seperti Gennady Timchenko, Boris Rotenberg, dan Igor Rotenberg.

"Kami akan membekukan aset mereka di Inggris dan mereka juga dilarang bepergian ke negara itu," kata Johnson, dilansir dari CNBC International.

"Semua individu dan entitas Inggris juga akan dilarang berhubungan dengan mereka," tambah Johnson.

Konflik Rusia-Ukraina yang masih belum mereda membuat bursa saham AS, Wall Street kembali ambles pada perdagangan Selasa kemarin, setelah pada Senin lalu sempat libur memperingati Hari Ulang Tahun George Washington, presiden pertama AS.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 1,42% ke level 33.596,609, S&P 500 merosot 1,02% ke posisi 4.304,71, dan Nasdaq Composite ambrol 1,23% menjadi 13.381,52.

Tak hanya karena faktor konflik kedua negara pecahan Uni Soviet, investor di AS juga terus memantau perkembangan terkait kebijakan moneter bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), di mana The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga beberapa kali mulai bulan depan.

Trader pun bertaruh bahwa ada peluang 100% kenaikan suku bunga The Fed setelah pertemuan 15-16 Maret, dengan ekspektasi miring ke arah pergerakan 0,25 poin persentase, menurut alat FedWatch CME Group.

Ekspektasi kebijakan moneter yang lebih ketat juga telah memberi tekanan pada pasar saham Negeri Paman Sam, terutama di sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti saham teknologi.


Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan


Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment