Equityworld Futures Medan : Minyak mentah WTI (West Texas
Intermediate) kembali menurun setelah Iran memprediksi akan adanya
penurunan berlanjut pada harga minyak mentah apabila kekompakan memudar
diantara anggota OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries).
Kontrak berjangka minyak turun sebesar
1.2% di New York setelah kemarin mengalami kenaikan yang pertama
kalinya dalam 4 hari terakhir. Harga diperkirakan turun ke level
terendah sebesar $40 per barel ditenagh perang harga atau jika ada
keputusan yang muncul di OPEC, menurut Mohammad Sadegh Memarian, Kepala
Analis Pasar Perminyakan Kementerian Minyak Iran. Sebanyak 12 grup
anggota diperkirakan akan mengadakan pertemuan luar biasa pada kuartal
pertama ini apabila minyak mentah melanjutkan penurunan, menurut Energy
Aspects Ltd.
Minyak mentah sedang diperdagangkan
pada situasi pasar yang bearish setelah Arab Saudi, yang memicu
keputusan OPEC untuk mempertahankan daripada memangkas output ketika
pertemuan bulan lalu, upaya pemangaksan terkait minyak mentah sebagai
upaya mempertahankan pangsa pasar terhadap produsen minyak AS yang
mencatat output pada laju tertingginya dalam lebih dari 3 dekade
terakhir. EIA (Energy Information Administration) memangkas perkiraan
mengenai harga minyak mentah pada 2015 mendatang ditengah penurunan.
WTI untuk pengiriman Januari turun
sebesar 78 sen ke level $63.04 per barel pada perdagangan elektronik di
New York Mercantile Exchange dan berada pada level $63.14 pukul 11:18
siang waktu Sydney. Kemarin kontrak berjangka minyak naik 77 sen ke
level $63.82. Harga telah mengalami penurunan sebesar 36% sepanjang
tahun 2014 ini.
Kemarin Brent untuk penyelsaian
Januari catat gain 65 sen atau 1% ke level $66.84 per barel di Bursa ICE
Futures Europe, London. Acuan minyak mentah Eropa tersebut mengakhiri
sesi lebih tinggi sebesar $3.02 dibanding WTI.
Pekan lalu pasokan minyak mentah AS
naik sebesar 4.4 juta barel, menurut rilis data dari American Petroleum
Institute kemarin yang bersumber dari Anthony Headrick, seorang analis
dari CHS Hedging. Rilis data pemerintah hari ini diperkirakan akan
menunjukkan pasokan turun sebesar 2.7 juta barel, menurut survei
Bloomberg News. (bgs)
Sumber : Bloomberg
0 comments:
Post a Comment