Wednesday, July 14, 2021

Entah Kapan Pandemi Selesai, Saham Blue Chip Bakal Kegeser?

Mengenal Saham Blue Chip dan Karakteristiknya | Money Plus 

 PT Equityworld Futures Medan- Selama ini, porsi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih didominasi oleh saham-saham emiten berkapitalisasi besar di atas Rp 100 triliun (big cap) dan masuk kategori saham unggulan alias blue chip.
Namun, kehadiran saham di bidang teknologi seakan menjadi pendobrak bagi saham-saham 'status quo' yang biasanya dominan. Pendatang baru yang fenomenal yakni saham emiten data center, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang meroket 14.000% dalam 6 bulan sejak penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).

Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi pelaku pasar terkait nasib saham-saham blue chip lama seperti perbankan kakap hingga PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), apakah akan tergeser?

"Yang blue chip kayak misalnya perbankan BNI, Bank Mandiri gitu ya misal Astra, Telkom itu kan bisa dibilang kecenderungan underperformed [sahamnya ambles] jauh ya," kata Head of Research PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM), Willinoy Sitorus Dalam Investime, dikutip Selasa (13/7/21).

Bank yang disinggung Willinoy yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), ASII, dan TLKM.

Data perdagangan Selasa kemarin (13/7) mencatat saham BBNI masih terkoreksi 24,27% di Rp 4.670/saham sejak awal tahun hingga Selasa kemarin (year to date/YTD). Kapitalisasi pasar BBNI mencapai Rp 87 triliun.

Sementara saham BMRI juga turun 9% sejak Januari di Rp 5.775/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 270 triliun.

Saham ASII turun 19% di Rp 4.900 sejak Januari dan kapitalisasi pasarnya Rp 198 triliun. Telkom sahamnya juga terkoreksi 7,25% di Rp 3.070/saham sejak Januari dengan kapitalisasi Rp 304 triliun.

Dia menilai, arah saham-saham tersebut berpotensi turun masih terbuka lebih lebar, terutamanya saham-saham blue chip di sektor ritel. Hal ini karena pandemi masih belum diketahui akan selesai kapan.

Menurunnya daya beli masyarakat juga menjadi indikator penurunan harga saham emiten blue chip ritel berpotensi berlanjut. Namun, masih ada angin segar lainnya.

"Perlu diketahui kalau likuiditas tetap jalan dan vaksin sudah jalan dan PPKM sukses, di bulan Agustus-September itu mungkin kita juga masih tetap bisa mencermati saham-saham itu yang murah yang turun terus gitu," sebut Willinoy.

Alhasil potensi untuk bullish alias bangkit tetap terbuka lebar ke depan. Saat ini ada kecenderungan harga saham blue chip turun, tapi nanti ketika ekonomi pulih, saham tersebut bakal bergerak lagi ke atas.

"Kita lihat tahun lalu ya di bulan Mei kan begitu pemerintah itu mengeluarkan suntikan modal negara ya itu di akhir Mei itu kan saham-saham blue chip old ekonomi reli cukup kencang," katanya.

Terkait dengan saham tech, emiten data center DCII memang jadi perhatian. Sejak tercatat di BEI 6 Januari 2021, harga saham ini meroket 14.000% menjadi Rp 59.000/saham dari Rp 420/saham harga penawaran umumnya (IPO).

Saat ini saham DCII memang masih disuspensi oleh BEI sejak 17 Juni lalu.

Saham emiten data center lainnya, satu grup dengan DCI, yakni PT Indointernet Tbk (EDGE) juga sudah meroket. Pada perdagangan sesi II, Selasa (13/7), saham EDGE turun 6,50% di Rp 30.925/saham. Meski demikian sahamnya sudah meroket 319% dari harga IPO Rp 7.375 per saham pada 8 Februari 2021


Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan

Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment