Wednesday, October 13, 2021

Bursa Asia Kembali Dibuka Melemah, Nikkei Galau

 A man walks past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, Dec. 11, 2019. (AP Photo/Eugene Hoshiko)PT Equityworld Futures Medan-Mayoritas bursa Asia kembali dibuka melemah pada perdagangan Rabu (13/10/2021), di mana investor akan memantau rilis data perdagangan China periode September 2021.
Indeks Nikkei Jepang dibuka merosot 0,66%, Shanghai Composite China melemah 0,36%, dan KOSPI Korea Selatan turun 0,1%.

Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura dibuka menguat 0,52% pada perdagangan pagi hari ini.


Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong hingga pukul 08:40 WIB belum dibuka, kemungkinan tertunda atau terindikasi batal dibuka setelah adanya cuaca buruk akibat Topan Kompasu.

Pembukaan perdagangan surat berharga dan derivatif di Bursa dan Kliring Hong Kong hari ini dijadwalkan batal karena adanya cuaca buruk akibat Topan Kompasu.


Kejadian itu terjadi setelah Observatorium Hong Kong mengumumkan sekitar pukul 07:45 waktu setempat bahwa peringatan cuaca buruk akan terjadi sebelum tengah hari ini.

Sementara itu di China, data perdagangan China yakni data ekspor dan impor akan dirilis pada pukul 11:00 waktu setempat atau pukul 10:00 WIB.

Bursa Asia cenderung kembali mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang kembali melemah pada penutupan perdagangan Selasa (12/10/2021) waktu setempat.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,34% ke level 34.378,34, S&P 500 terkoreksi 0,24% ke posisi 4.350,64, dan Nasdaq Composite turun menjadi 14.465,92.

Pelemahan Wall Street kembali terjadi seiring investor semakin gelisah menjelang rilis pendapatan perusahaan AS per kuartal ketiga dan data inflasi terbaru.

Musim pelaporan pendapatan secara tidak resmi dimulai minggu ini, dengan hasil dari JPMorgan Chase & Co pada hari ini dan bank-bank lain menyusul.

Analis memperkirakan adanya pertumbuhan laba perusahaan AS yang kuat untuk kuartal ketiga 2021. Namun, sejumlah perusahaan telah memperingatkan adanya masalah dan investor khawatir tentang bagaimana masalah rantai pasokan dan harga yang lebih tinggi akan memengaruhi bisnis yang sedang berusaha pulih dari pandemi virus corona (Covid-19).


"Secara umum, manajer portofolio institusional berpandangan--mari kita lihat seperti apa pendapatan dan seberapa besar dampak negatif yang terlihat dari kelangkaan, tingkat yang lebih tinggi, dan kemacetan rantai pasokan," kata Michael James, direktur pelaksana perdagangan ekuitas di Wedbush Securities di Los Angeles kepada Reuters, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (13/10/2021).

Sentimen lainnya adalah terkait bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang diperkirakan akan merilis risalah dari pertemuan kebijakan terakhirnya pada malam nanti waktu Asia, di mana para pelaku pasar akan mencari petunjuk tentang kapan bank sentral AS tersebut akan mulai mengurangi program pembelian obligasi besar-besaran alias tapering.

Investor juga mempertimbangkan komentar dari Wakil Ketua The Fed Richard Clarida, yang mengatakan bahwa bank sentral telah memenuhi semua target ketenagakerjaan untuk mengurangi program pembelian obligasi.

Data AS menunjukkan pasar tenaga kerja tetap ketat, dengan rekor jumlah orang Amerika yang berhenti dari pekerjaan mereka dan lowongan pekerjaan berjumlah lebih dari 10 juta, memicu kekhawatiran inflasi seiring pengusaha berusaha menaikkan upah untuk menarik dan mempertahankan pekerja.

Lebih lanjut, laporan indeks harga konsumen (IHK) AS yang akan dirilis pada malam nanti waktu Asia akan menarik perhatian investor yang mencari petunjuk tentang inflasi.


Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan


Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment