Tuesday, October 12, 2021

Tarik 'Cuan' Dulu, Saham Nikel Ambles Berjamaah

A worker uses the tapping process to separate nickel ore from other elements at a nickel processing plant in Sorowako, South Sulawesi Province, Indonesia March 1, 2012. REUTERS/Yusuf Ahmad PT Equityworld Futures Medan- Mayoritas saham emiten tambang nikel melemah ke zona merah pada perdagangan hari ini, Selasa (12/10/2021). Para investor tampaknya mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah dalam beberapa hari terakhir saham nikel cenderung naik.
Berikut pelemahan saham nikel, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.00 WIB.

Timah (TINS), saham -2,08%, ke Rp 1.650/saham


Aneka Tambang (ANTM), -1,65%, ke Rp 2.380/saham

Vale Indonesia (INCO), -1,29%, ke Rp 4.960/saham

PAM Mineral (NICL), -1,28%, ke Rp 77/saham

Harum Energy (HRUM), -0,30%, ke Rp 8.225/saham

Menurut data di atas, saham emiten pelat merah TINS dan ANTM menjadi yang paling melorot.

Saham TINS turun 2,08% ke Rp 1.650/saham, setelah melesat dalam 2 hari terakhir. Di tengah pelemahan ini asing melakukan jual bersih Rp 9,29 miliar di pasar reguler. Dalam sepekan saham TINS naik 2,80% dan dalam sebulan melesat 10,00%.

Kedua, saham ANTM merosot 1,65% ke Rp 2.380/saham, setelah reli kenaikan selama 3 hari beruntun. Asing juga keluar dari saham ANTM dengan nilai jual bersih Rp 7,26 miliar di pasar reguler.

Dalam sepekan, saham ANTM naik 3,48%, sedangkan dalam sebulan terkoreksi 3,24%.

Ketiga, saham INCO yang melemah 1,29% ke Rp 4.960/saham, dengan aksi jual bersih asing Rp 2,83 miliar di pasar reguler. Dengan ini, reli kenaikan saham INCO selama 4 hari terakhir akhirnya terputus. Dalam sepekan saham ini terkerek naik 5,73%, sedangkan dalam sebulan turun 0,90%.


Kemarin, harga nikel menguat ke level tertinggi sejak dua minggu lalu seiring dengan potensi gangguan produksi dari Eropa dan Amerika Selatan yang bisa membuat pasokan kian langka.

Pada Senin (11/10) pukul 14:00 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 19.345/ton, naik 0,89% dari posisi akhir pekan lalu.

Krisis listrik saat ini tak hanya menghantam industri hilir logam namun mulai mengalir ke industri hulu. Satu-satunya produsen feronikel Kosovo Newco Ferronikeli mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya menghentikan produksi karena kenaikan harga energi. Penghentian produksi akan berlangsung sampai harga "normal".

"Akibat kenaikan harga listrik yang terus menerus di pasar Eropa, perusahaan NewCo Ferronikeli terpaksa menghentikan sementara produksinya," kata perusahaan yang dimiliki oleh Balfin Group Albani itu, mengutip Reuters, Jumat.

Produksi NewCo Ferronikeli mencapai 7.000 ton feronikel per tahun menjadikannya sebagai produsen terbesar di Kosovo dan salah satu eksportir terbesar di negara Balkan.

Sementara itu di Brasil, Vale menutup tambang nikel Onca Puma karena penangguhan izin operasi terkait masalah lingkungan. Pada tahun 2020, Vale melaporkan produksi nikel sebesar 16.000 ton di Brasil.


Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan


Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment