Friday, March 11, 2022

Tak Hanya Nikel, Batu Bara RI Jadi Rebutan Dunia

 PT Equityworld Futures Medan-Perang antara Rusia dan Ukraina belum ada tanda-tanda akan mendingin. Akibat itu, harga-harga komoditas dari Minyak dan gas bumi, nikel hingga batu bara terus berterbangan. Tak hanya berdampak soal harga, suplai komoditas-komoditas yang berasal dari Rusia juga mengalami gangguan.
Beberapa negara khususnya Eropa Barat dan Timur yang menjadi importir komoditas dari Rusia kabarnya sedang mencari alternatif suplai pasokan, termasuk suplai nikel dan batu bara. Yang tercatat kini, tak hanya nikel, beberapa negara juga tengah menjajaki peluang mencari batu bara ke Indonesia.

Maklum, Indonesia merupakan negara dengan produksi batu bara terbesar. Pada tahun ini saja, pemerintah Indonesia membidik target produksi batu bara mencapai 663 juta ton. Yang mana, sebanyak 497,2 juta tonnya dijual secara ekspor dan sisanya 165,7 juta ton untuk dalam negeri.

Dengan memiliki kapasitas jumbo, beberapa negara seperti Eropa dan China tengah mencari substitusi batu baranya ke Indonesia.

Mimpi Buruk Batu Bara, Ratusan RIbu Warga RI Bisa Nganggur!
Dari catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) China belum bisa melakukan impor batu baranya dari Rusia, yang mana Rusia memberikan ekspor batu baranya ke China hingga 17% dari total produksi batu baranya sebanyak 420 juta ton tahun ini.

Selain ke China, Rusia juga melakukan ekspor batu baranya ke beberapa negara di Eropa sebanyak 31% dari total produksi batu baranya yang saat ini terhambat kegiatan ekspornya.

Akibat dari seretnya pasokan batu bara di sejumlah negara Eropa dan China, batu bara Indonesia sedang diburu.

Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia mengatakan, di tengah terganjalnya pasokan batu bara Eropa dari Rusia, terdapat buyer dari beberapa negara di Eropa yang sedang menjajaki atau mencari suplai batu bara dari Indonesia.

"Negara-negara Eropa Barat dan Eropa Timur yang selama ini menjadi importir batu bara daru Rusia," terang Hendra kepada CNBC Indonesia.

Namun Hendra enggan mengatakan bahwa apakah para perusahaan batu bara di Indonesia akan meningkatkan produksi batu baranya dengan melakukan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) pada tahun 2022 ini. Yang terang dia mengatakan bahwa produsen batu bara Indonesia memang sedang mengoptimalkan produksi yang sempat terhambat pada Januari 2022.

Mengutip CNBC International, Kamis (10/3/2022), Anthony Nafte dari CLSA mengatakan bahwa harga komoditas telah melonjak sejak Rusia perang dengan Ukraina. Bagi Nafte, naiknya harga komoditas akan menguntungkan bagi Indonesia karena ekonominya di gerakan oleh komoditas.

"Lebih dari 50% ekspor mereka berasal dari komoditas, dan sekarang Anda sudah mendapatkan posisi di mana harga komoditas akan bertahan lebih tinggi lebih lama," kata Nafte.

Dia mengatakan, misalnya, Rusia saat ini merupakan pemasok batu bara terbesar kedua ke China dan gangguan dapat mendorong Beijing untuk beralih ke Indonesia untuk mengisi kesenjangan.

"Indonesia akan diuntungkan dari efek harga tetapi juga dari segi volume," kata Nafte.

Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara (Minerba), Irwandy Arif mengatakan, pengaruh perang Rusia dan Ukraina itu memang sangat mempengaruhi negara-negara Eropa saat ini, sementara dampak ke Asia belum begitu terasa.

"Kalau Eropa terpaksa membeli ke Asia, ongkosnya tinggi ditambah harga batu bara tinggi, mereka akan optimasikan keperluan batubara di dunia," ungkap Irwandy.

Irwandy menilai bisa saja batu bara dari Indonesia mengganti batu bara asal Rusia itu, terutama ke China. Pasalnya, saat ini hubungan antara Indonesia dan China sangat baik.

"Apakah tetap ekspor ke China? Karena Rusia masih mengalami masalah perbankannya. Itu konteks yang pertama," tandas Irwandy.

Steven Brown, Konsultan Independen di Industri Pertambangan, mengatakan bahwa hanya Indonesia lah yang mampu menggantikan pasokan nikel dari Rusia ini.
Hal ini karena pasokan nikel dari Rusia merupakan nikel kelas 1 yakni berupa nickel matte, nikel sulfat, Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), maupun Mixed Sulphide Precipitate (MSP) yang kadar logamnya telah mencapai 99,9%. Produk nikel kelas 1 ini biasanya dijadikan bahan baku untuk baterai kendaraan listrik.

Adapun pasokan nikel kelas 1 dari Indonesia pada tahun ini diperkirakan akan meningkat. Dengan demikian, ini juga bisa mampu meredam lonjakan harga akibat kekhawatiran terbatasnya pasokan nikel dunia sebagai imbas tersendatnya pasokan nikel dari Rusia.


"Rusia adalah pemasok Class 1 Nickel paling besar di dunia. Negara lain tidak mungkin bisa menutup pasokan ini, kecuali Indonesia," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (09/03/2022).

"Tahun ini Indonesia akan meningkatkan produksi nickel matte dan MHP, sehingga di akhir tahun ini harga nikel kemungkinan turun kembali," ucapnya.


Berdasarkan data Statista, Indonesia memproduksi nikel sebesar 1 juta ton pada 2021. Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia, mengalahkan Filipina dan Rusia.

Sementara Filipina memproduksi 370 ribu ton dan Rusia 250 ribu ton nikel pada 2021.

Indonesia disebut memiliki cadangan logam nikel terbesar di dunia yakni sebesar 72 juta ton Ni (nikel). Jumlah ini merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton Ni.

Data tersebut merupakan hasil olahan data dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi Kementerian ESDM 2019.

Sementara untuk bijih nikel, berdasarkan data Kementerian ESDM tahun 2020, total sumber daya bijih nikel mencapai 8,26 miliar ton dengan kadar 1%-2,5%, di mana kadar kurang dari 1,7% sebesar 4,33 miliar ton, dan kadar lebih dari 1,7% sebesar 3,93 miliar ton.




Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan


Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment