Monday, May 9, 2022

Bursa Asia Dibuka 'Kebakaran', Nikkei Ambles 1% Lebih

 Investors look at computer screens showing stock information at a brokerage house in Shanghai, China September 7, 2018. REUTERS/Aly SongPT Equityworld Futures Medan- Bursa Asia-Pasifik dibuka di zona merah pada perdagangan Senin (9/5/2022), menyusul koreksinya bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat akhir pekan lalu.
Indeks Nikkei Jepang dibuka ambles 1,12%, Shanghai Composite China melemah 0,44%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,23%, ASX 200 Australia merosot 0,81%, dan KOSPI Korea Selatan terpangkas 0,22%.

Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur nasional.

Investor di Asia-Pasifik, terutama di China akan memantau data perdagangan China pada periode April lalu, di mana data neraca perdagangan dan data ekspor-impor pada bulan lalu akan dirilis pada hari ini pukul 11:00 waktu setempat atau pukul 10:00 WIB.

Data tersebut dirilis ketika China masih terus memerangi wabah Covid-19 terburuknya sejak awal 2020. Presiden China, Xi Jinping pada Kamis pekan lalu menekankan agar negara itu tetap pada kebijakan "nol-Covid dinamis".

Sementara itu dari Jepang, data pembacaan final aktivitas manufaktur periode April 2022 telah dirilis pada hari ini, di mana aktivitas manufaktur yang tercermin pada Purchasing Manager's Index (PMI) versi Jibun Bank/Markit dilaporkan ekspansi menjadi 51,1, dari sebelumnya di angka 50,3 pada Maret lalu.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawah 50 artinya kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.

Meski ada sentimen positif dari Jepang, tetapi bursa Asia-Pasifik cenderung kembali terkoreksi pada hari ini, mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,3% ke level 32.899,37, S&P 500 terkoreksi 0,57% ke 4.123,34, dan Nasdaq Composite anjlok 1,4% ke posisi 12.144,66. Nasdaq ditutup di posisi terendah sejak 2020.

Investor masih merespons negatif dari kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bp).

Menanggapi keputusan tersebut, awalnya tidak ada reaksi yang berlebihan di pasar. Sebab, investor sudah memperkirakan sebelumnya bahwa Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat akan mengerek Federal Funds Rate 50 bps. Tidak ada kejutan. Namun pada akhirnya, investor lebih memilih menahan selera risikonya.

"Sekarang, 95% sentimen penggerak pasar adalah suku bunga," ujar Jay Hatfield, CEO Infrastructure Capital yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Saat suku bunga di Negeri Paman Sam naik, maka akan diikuti oleh imbal hasil (yield) obligasi pemerintah (US Treasury). Untuk tenor 10 tahun, yield US Treasury Bonds sudah menyentuh di atas 3%, sesuatu yang kali terakhir terjadi pada 2018.

Yield yang terus tinggi akan membuat investor berbondong-bondong memborong surat utang pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden




Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan


Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment