Thursday, June 2, 2022

Amsyong! Sempat Bergairah, Bitcoin cs Loyo Lagi Nih

 Ilustrasi Cryptocurrency (Photo by Pierre Borthiry on Unsplash)PT Equityworld Futures Medan-Harga kripto utama berbalik terkoreksi pada perdagangan Kamis (2/6/2022), di mana Bitcoin kembali terkoreksi hingga ke bawah level psikologisnya di US$ 30.000.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:30 WIB, Bitcoin ambles 6,36% ke level harga US$ 29.827,7/koin atau setara dengan Rp 434.887.866/koin (asumsi kurs Rp 14.580/US$), sedangkan Ethereum ambrol 5,87% ke level US$ 1.829,09/koin atau Rp 26.681.132/koin.

Berikutnya dari beberapa koin digital (token) alternatif (altcoin) seperti XRP anjlok 8,1% ke US$ 0,5681/koin (Rp 8.283/koin), Solana longsor 12,51% ke US$ 39,95/koin (Rp 582.471/koin), dan Dogecoin drop 6,19% ke US$ 0,08091/koin (Rp 1.180/koin).


Kripto
Bitcoin yang sebelumnya sempat menguat ke kisaran level US$ 32.000 pada perdagangan Rabu siang waktu Indonesia, kini kembali break ke kisaran level US$ 29.000. Hal ini membuat Bitcoin seakan sedang 'ditahan' di kisaran sempit yakni di level US$ 29.000-US$ 30.000.

Sejatinya, Bitcoin sudah berulang kali mencoba menembus ke atas level US$ 30.000. Namun dalam sebulan terakhir saja, Bitcoin gagal menembusnya dan cenderung bertahan di level psikologis US$ 30.000, bahkan tak jarang break kembali ke kisaran level US$ 29.000.

Meski begitu, Bitcoin masih mempunyai keberuntungan yang cukup besar. Pasalnya, Bitcoin sudah menghadapi 4 kali fase bearish bahkan crash dalam 5 tahun terakhir. Namun Bitcoin selalu selamat dan bahkan berhasil mencetak rekor tertinggi barunya pada fase-fase sebelumnya.

Fase bearish pertama terjadi di akhir tahun 2017 dan awal tahun 2018. Kala itu harga Bitcoin sempat mencapai puncaknya di US$ 19.497,4/BTC. Namun setelah itu Bitcoin kehilangan 64,33% nilai pasarnya ke level US$ 6.955,27/BTC. Bahkan pada akhir tahun 2018, Bitcoin sempat menyentuh level terendahnya kala itu, yakni di level US$ 3.252,84/BTC

Fase bearish kedua terjadi saat pandemi Covid-19 melanda. Harga Bitcoin awalnya berada di US$ 10.326,05/BTC. Namun dalam hampir sebulan saja, harga Bitcoin drop 51,86% ke US$ 4.970,79/BTC.

Kemudian fase bearish ketiga terjadi di pertengahan tahun 2021, tepatnya periode April-Juli 2021. Harga Bitcoin sempat mencapai US$ 63.503,46/BTC pada pertengahan April 2021 yang menjadi level all time high (ATH) pertama di tahun 2021. Namun pada pertengahan Juli 2021, harganya ambrol 53,06% ke level US$ 29.807,35/BTC.

Selanjutnya fase bearish keempat terjadi pada Agustus 2021, di mana harganya sempat menyentuh level tertinggi (ATH) baru di level US$ 67.566,83/BTC. Periode ini merupakan ATH kedua Bitcoin dan Bitcoin mencetak rekor baru, yakni berhasil mencetak ATH dua kali dalam setahun saja.

Tetapi lagi-lagi setelah mencetak ATH kedua kalinya hanya dalam setahun saja, Bitcoin kembali ambruk pada awal Januari 2022, di mana harganya ambruk 48,15% ke level US$ 35.030,25/BTC.

Terakhir, fase bearish kelima sedang dialami oleh Bitcoin saat ini. Belum sempat kembali mencapai level ATH-nya, Bitcoin drop lagi dari harga US$ 46.864/BTC ke bawah US$ 30.000/BTC. Kapitalisasi Pasar (Market cap) Bitcoin pun tergerus 36,05% selama 8 pekan beruntun.

Selalu selamatnya Bitcoin membuat beberapa investor dan trader menganggapnya sebagai aset lindung nilai (hedging), meski hal ini masih dibantah oleh sebagian besar pengamat.

Kondisi makroekonomi yang masih belum membaik membuat Bitcoin masih belum diuntungkan saat ini. Inflasi yang tinggi membuat bank sentral seperti The Fed (otoritas moneter AS) mengambil langkah agresif dalam menaikkan suku bunga acuan.

Dampaknya adalah dolar AS menguat. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, harga Bitcoin dan dolar AS cenderung bergerak berlawanan arah atau memiliki korelasi yang negatif.

Selain itu, harga Bitcoin yang anjlok tajam pada Mei 2022 juga bertepatan dengan kepercayaan investor yang hilang terhadap stablecoin milik Terraforms Lab (TFL) yakni TerraUSD (UST) dan kripto non­-stablecoin Terra, yakni Terra Luna (LUNA).

Sebagai stablecoin, harga UST akan selalu dijaga di rentang US$ 1. Namun pada 8 Mei 2022, harga UST terus turun dan membuat sister coin-nya yaitu LUNA ambles sampai tak bernilai sama sekali.

Token kripto LUNA kini sama sekali tak bernilai karena sudah sangat mendekati US$ 0. Kerugian besar yang diterima investor dan kemungkinan dampak sistemik pada ekosistem kripto membuat sang developer Terra-LUNA Do Kwon mendapat tekanan.

Akhir pekan lalu, developer Terra, Do Kwon pun membuat upaya pembangkitan Terra-LUNA dengan menerbitkan koin baru yaitu LUNA Airdrops tanpa penggunaan stablecoin.

LUNA yang lama yang harganya hampir US$ 0 diganti nama menjadi LUNA Classic (LUNC). Upaya penyelamatan ekosistem Terra-LUNA ini masih menjadi salah satu fokus pelaku pasar sekarang dan terus membayangi pasar kripto global.

Baca: Sentuh Level Psikologis, Tapi Akumulasi Penurunan Bitcoin 32%
Namun mirisnya, token baru LUNA pun tidak berjalan baik. Pada Kamis hari ini saja, harganya kembali ambles 24,22% ke level US$ 6,67 per koin (Rp 97.249 per koin).

Padahal saat awal diperdagangkan pada Jumat pekan lalu, harga LUNA baru sempat mencetak rekor tertingginya di US$ 19,53 per koin (Rp 284.747 per koin).

Beberapa analis skeptis tentang peluang keberhasilan blockchain Terra yang dihidupkan kembali. Hal ini karena kepercayaan investor terhadap Terra cenderung sudah hilang dan sulit untuk kembali seperti semula.

Vijay Ayyar, Kepala Internasional di perusahaan pertukaran kripto Luno, mengatakan ada kehilangan kepercayaan yang besar dalam proyek tersebut




Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan


Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment