Friday, July 15, 2022

Katanya Resesi, Tapi Kok Harga Emas Cenderung Turun?

 Emas (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)PT Equityworld Futures Medan-Dunia kembali dihadapkan pada ancaman resesi dunia karena inflasi yang melambung tinggi. Emas biasanya akan jadi pilihan bagi para investor untuk melindungi nilai asetnya di situasi seperti saat ini.
Secara umum, resesi terjadi ketika ekonomi tumbuh negatif dua kuartal beruntun. Pada tahun 2020 lalu dunia mengalami resesi akibat pandemi Covid-19, yang membuat aktivitas dan mobilitas miliaran umat manusia terganggu. Tanpa aktivitas dan mobilitas manusia, roda ekonomi pun 'macet'.

Saat ini resesi terjadi karena tingginya inflasi akibat harga komoditas energi yang melesat. Contohnya saja inflasi Amerika Serikat (AS) Juni melambung ke 9,1% secara tahunan atau year-on-year (yoy) lebih panas dibanding bulan sebelumnya 8,8% yoy.



Karena inflasi yang melambung, bank sentral pun mulai menaikkan suku bunganya. Kebijakan moneter yang makin ketat dinilai dapat membuat ekonomi jatuh ke jurang resesi. Sebab akan menahan laju ekspansi perusahaan dan beban utang menjadi lebih mahal.

Marjin perusahaan pun makin tertekan karena tingginya harga bahan baku membuat biaya produksi menjadi mahal, di sisi lain daya beli mulai terbatas karena inflasi yang tinggi. Saat beban tinggi sedangkan permintaan mulai menyusut, produsen akan melakukan efisiensi.

Biasanya untuk mengurangi beban, kapasitas produksi pun dikurangi mengikuti permintaan yang turun. Selain itu, karyawan pun jadi korban dengan adanya pemotongan gaji. Bahkan lebih parah adanya pemutusan hubungan kerja (PHK).

Emas vs Nasdaq vs S&P500Foto: Refinitiv
Emas vs Nasdaq vs S&P500
Berdasarkan historisnya ketika dunia diguncang resesi, emas jadi pilihan utama investor dibandingkan aset berisiko lainnya seperti pasar ekuitas.

Misalnya saja pada 2008, harga emas dunia di pasar spot sempat hampir mencapai US$ 1.000/troy ons sebelum resesi benar-benar terjadi. Meski kemudian turun ke bawah US$ 706/troy ons saat ekonomi dunia mulai ambruk.

Namun, harga emas kembali bangkit mencapai harga tertinggi US$ 1.005/troy ons saat harga saham berada di level terendahnya pada Maret 2009. Artinya harga emas mampu naik 42,35% dalam waktu lima bulan saat terjadi resesi.

Kemudian saat 2020 pandemi virus Corona (Coronavirus Disease 2019/Covd-19 harga emas dunia sempat jatuh ke US$ 1.459/troy ons dari US$ 1.702/troy ons hanya dalam 10 hari pada Maret 2020. Lantas harga emas terus melambung hingga mencapai harga US$ 2.072/troy ons pada Agustus 2020.

Jika diukur dari posisi terendah hingga puncaknya, harga emas dunia melesat 42% dalam kurun waktu lima bulan.


Namun kali ini berbeda, ada kenaikan suku bunga yang agresif jika dibandingkan tahun 2008 dan 2020 di mana suku bunga relatif rendah.

Saat suku bunga naik, emas cenderung ditinggalkan. Sebab biaya peluang yang tinggi bagi pemegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Itulah kenapa meskipun inflasi melambung tinggi dan resesi global kian dekat harga emas dunia cenderung turun. Sepanjang 2022, harga emas dunia telah turun 3,59% secara point-to-point (ptp)




Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan

Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment