Friday, June 17, 2022

Waduh! Wall Street Anjlok Lagi, Bursa Asia Dibuka Kebakaran

 A man walks past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, Dec. 11, 2019. (AP Photo/Eugene Hoshiko)PT Equityworld Futures Medan- Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung melemah pada perdagangan Jumat (17/6/2022), mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) yang kembali melemah pada perdagangan Kamis waktu setempat.
Indeks Nikkei Jepang dibuka ambles 1,68%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,63%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,62%, Straits Times Singapura terpangkas 0,22%, ASX 200 Australia terdepresiasi 0,59%, dan KOSPI Korea Selatan ambruk 1,79%.

Dari Jepang, bank sentral (Bank of Japan/BoJ) akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbarunya pada hari ini pukul 11:00 waktu setempat atau pukul 10:00 WIB.




Pelaku pasar dalam polling Trading Economics memperkirakan bahwa bank sentral Negeri Sakura tersebut belum akan mengikuti langkah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang telah menaikkan suku bunga acuannya. BoJ diprediksi masih akan mempertahankan suku bunga acuannya di level -0,1%.

BoJ juga memproyeksikan inflasi di tahun fiskal 2022 yang dimulai April akan sebesar 1,1%, naik dari proyeksi sebelumnya 0,9%.

Artinya, proyeksi inflasi masih di bawah target BoJ 2%, sehingga suku bunga kemungkinan tidak akan dinaikkan setidaknya hingga satu tahun ke depan.



Namun, beberapa analis mengatakan bahwa jika BoJ masih akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level rendah, maka mata uang yen dan imbal hasil (yield) obligasi pemerintahnya berpotensi terkoreksi makin parah.

"Jika BoJ tetap mempertahankan kebijakan moneter longgarnya, maka yen Jepang dan imbal hasil pada obligasi pemerintah Jepang kemungkinan akan terkoreksi lebih dalam," kata Joseph Capurso, kepala ekonomi internasional di Commonwealth Bank of Australia dalam laporan risetnya, dikutip dari CNBC International.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah koreksinya kembali bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Kamis kemarin waktu AS.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 2,42% ke posisi 29.927,07, S&P 500 ambruk 3,25% ke 3.666,77, dan Nasdaq Composite anjlok 4,08% ke 10.646,1.

Padahal pada perdagangan Rabu lalu, ketiganya sempat rebound dan melesat lebih dari 1% bahkan lebih dari 2%. Kondisi makroekonomi global yang belum menentu menjadi penyebab masih volatilnya bursa saham Negeri Paman Sam.

Selain itu, investor khawatir bahwa langkah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang secara agresif menaikkan suku bunganya dapat diikuti oleh bank sentral lain di seluruh dunia, terutama di Uni Eropa.

Investor juga cenderung khawatir terhadap tindakan The Fed yang agresif untuk meredam inflasi dan akan membawa ekonomi AS ke jurang resesi.

"Saatnya keluar dari dunia artifisial yakni injeksi likuiditas massif yang terprediksi di mana semua orang terbiasa dengan suku bunga acuan nol, di mana kita bisa bertingkah dengan berinvestasi sebagian di pasar yang tak seharusnya menjadi tujuan investasi," tutur Kepala Penasihat Investasi Allianz Mohamed El-Erian kepada CNBC International.

Investor pun mempertanyakan apakah The Fed dapat melakukan 'soft landing' tanpa mendorong ekonomi AS ke jurang resesi.

Pada hari ini, investor akan mengamati pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell yang akan memberikan pernyataannya pada malam hari ini waktu Indonesia.

Di lain sisi, sejumlah data ekonomi di AS yang telah dirilis pada pekan ini menunjukkan tanda-tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam.

Sebagai contoh, data perumahan AS yang menunjukkan perlambatan secara bulanan di 14,4% per Mei lalu, kontraksi pada produksi manufaktur di wilayah Philadelphia, dan klaim pengangguran secara mingguan naik dan melampaui ekspektasi pasar.

Tidak hanya itu, angka kepercayaan konsumen di AS menyentuh titik terendah sepanjang sejarah, belanja ritel turun di tengah harga produk dan barang melonjak, dan juga inflasi yang menyentuh rekor tertinggi selama 41 tahun.

Akibatnya, sentimen pasar menjadi suram dan berubah menjadi negatif hingga mengerek turun bursa saham Wall Street kemarin.

"Apa yang dikhawatirkan pasar, bahkan sebelum mengalami resesi adalah kesalahan pada kebijakan karena The Fed (dianggap) melanggar sesuatu.. Pasar juga mempertanyakan komentarnya bahwa apakah ekonomi kuat," tutur Kepala Perencana Ekuitas LPL Financial Quincy Krosby dikutip dari CNBC International




Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan


Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment