Equityworld Futures Medan : Minyak menuju penurunan tahunan terbesar
sejak krisis keuangan global baik produsen minyak AS maupun Organisasi
Produsen Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menunjukkan tanda-tanda
pertempuran untuk pangsa pasar di tengah berlimpahnya pasokan.
Minyak berjangka turun 0,9% di New York,
turun 45% dalam tahun 2014. Pedoman AS mengijinkan penjualan ke luar
negeri untuk minyak ultralight tanpa persetujuan pemerintah yang dapat
meningkatkan kapasitas ekspor negara tersebut dan 'melempar kunci
inggris' dalam rencana Arab Saudi untuk mengekang output Amerika,
menurut Citigroup Inc. Persediaan minyak mentah AS diperkirakan akan
naik ke level tertinggi dalam tahun ini dalam tiga dekade terakhir.
Penurunan Oil telah mengguncang pasar
mulai dari mata uang rubel Rusia hingga naira Nigeria dan menekan
anggaran pemerintah dalam menjalankan negara termasuk Venezuela dan
Ekuador. Hal tersebut juga mendorong cadangan minyak mentah darurat
China dan membantu mengecilkan subsidi BBM di India dan Indonesia. OPEC
telah mengisyaratkan bahwa mereka tidak akan menyesuaikan pasokan untuk
mempengaruhi harga, sebaliknya memilih untuk menjaga pangsa pasar di
tengah booming-nya US shale yang belum pernah terjadi sebelumnya.
West Texas Intermediate (WTI)
untuk pengiriman Februari turun sebanyak 47 sen menjadi $ 53,65 per
barel di perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange dan
berada di $ 53,67 pada pukul 8:32 pagi waktu Singapura. Kontrak menguat
51 sen menjadi $ 54,12 kemarin, gain untuk pertama kalinya dalam empat
hari.
Brent untuk pengiriman Februari naik 2
sen menjadi $ 57,90 per barel di bursa ICE Futures Europe exchange
kemarin. Minyak mentah patokan Eropa mengakhiri sesi dengan premi
sebesar $ 3,78 terhadap WTI.(frk)
Sumber : Bloomberg
0 comments:
Post a Comment