Monday, April 6, 2020

Bursa Saham Asia Hijau di Tengah Pandemi Corona, Kok Bisa?

Corona Bisa Bikin Resesi, Risiko Masih Sangat TinggiPT Equityworld Futures Medan-Bursa saham Asia bergerak variatif cenderung menguat pada perdagangan pagi ini. Investor berburu saham murah yang sudah terdiskon besar-besaran karena busa saham Benua Kuning sudah melemah sangat dalam.

Pada Senin (6/4/2020) pukul 08:50 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:

Tiga indeks utama di bursa saham New York ambles sepanjang pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 2,7%, S&P 500 melemah 2,08%, dan Nasdaq Composite terpangkas 1,7%.


Namun koreksi di Wall Street ternyata tidak membuat pelaku pasar di Asia kalah sebelum bertanding. Bahkan investor mulai 'menyerok' saham yang harganya sudah begitu murah.

Maklum, bursa saham Asia sudah anjlok seanjlok-anjloknya. Sejak awal tahun, indeks Shanghai Composite melemah 9,38%, Hang Seng minus 17,57%, Straits Times ambles 25,86%, dan Kospi jatuh 19,66%. Aksi borong yang terjadi membuat bursa saham Asia mengalami technical rebound.

Akan tetapi, situasi masih belum tenang karena tantangan yang begitu besar. Adalah pandemi virus corona alias Coronavirus Desease 2019 (Covid-19) yang membuat risiko di perekonomian dunia sangat tinggi.

Corona Bisa Bikin Resesi, Risiko Masih Sangat Tinggi

Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:24 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia mencapai 1.273.794 orang. Korban jiwa kian bertambah menjadi 69.419 orang.

Gara-gara virus corona, aktivitas masyarakat menjadi terbatas (atau dibatasi). Kantor, pabrik, restoran, pusat perbelanjaan, tempat pariwisata, dan sebagainya ditutup untuk mencegah terjadinya kerumunan. Sebab, risiko penyebaran virus semakin tinggi seiring intensitas interaksi dan kontak antar-manusia.


Akibatnya, laju perekonomian dunia berjalan sangat lambat. Risiko yang dihadapi bukan saja perlambatan ekonomi, tetapi resesi.


Dalam riset terbarunya, Morgan Stanley memperkirakan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan terkontraksi atau tumbuh negatif -5,5% sepanjang tahun ini. Bahkan pada kuartal II-2020 kontraksi diperkirakan bisa mencapai -38%. Wow...

Tidak hanya di AS, berbagai negara juga bakal akrab dengan kontraksi ekonomi. "Kami memperkirakan ekonomi Inggris pada kuartal II-2020 terkontraksi -15%. Lebih buruk dibandingkan saat krisis keuangan global, bahkan kala Depresi Besar," kata Andrew Wishart, Ekonom Capital Economics, seperti dikutip dari Reuters.



Oleh karena itu, risiko resesi di perekonomian global menjadi sangat nyata. Saat krisis keuangan global, negara-negara maju yang terkena dampak paling parah karena sistem keuangan yang begitu canggih dan terkoneksi.

Namun resesi yang ditimbulkan oleh virus corona akan dialami oleh seluruh negara di dunia. Bahkan dampaknya akan lebih dirasakan oleh negara miskin dan berkembang karena fasilitas kesehatan yang belum memadai dan lonjakan angka pengangguran akibat social distancing.


"Pandemi covid-19 yang menyebar dengan sangat cepat akan menyebabkan resesi global dalam skala besar. Resesi itu akan memukul negara miskin dan rentan. Kami akan merespons dengan program bantuan yang masif, terutama bagi negara-negara miskin," kata David Malpass, Presiden Bank Dunia, sebagaimana diberitakan Reuters.

Jadi, kondisi ke depan masih akan berat. Penguatan bursa saham Asia menjadi oasis di tengah gurun pasir yang panas. Namun ingat, perjalanan di gurun ini sepertinya masih akan lama dan menyakitkan.



Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan

Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment