Tuesday, April 27, 2021

Demam Kripto Melanda RI, Begini Nasib Produk Reksa Dana

Reksa Dana (CNBC Indonesia/Irvin Avriano Arief)Reksa Dana (CNBC Indonesia/Irvin Avriano Arief) PT Equityworld Futures Medan-Kinerja reksa dana sepanjang tahun ini secara rata-rata masih belum mencatatkan keuntungan bagi investor. Mayoritas indeks reksa dana masih berkutat di zona negatif hingga pekan yang berakhir pada 23 April 2021 lalu.
Berdasarkan data dari Infovesta Utama, tercatat indeks reksa dana dengan kinerja paling buruk adalah reksa dana saham. Berdasarkan Infovesta Equity Fund Index, reksa dana ini masih minus 3,63% sejak awal tahun, padahal indeks acuannya sudah menguat 0,63% sepanjang tahun ini.

Kinerja reksa dana yang juga tidak lebih baik adalah reksa dana pendapatan tetap juga malah merah dengan posisi -0,80% yang tercermin dari Infovesta Fixed Income Fund Index. Sedangkan indeks acuannya, yakni Infovesta Government Bond Index dan Infovesta Corporate Bond Index dengan bobot masing-masing 50% menguat 0,83% sejak awal tahun.

Kemudian reksa dana campuran yang tercermin dari Infovesta Balanced Fund Index juga masuk dalam kategori reksa dana yang berkinerja negatif, yakni masih terkoreksi 0,55% year to date (YTD).

Satu-satunya indeks reksa dana yang berkinerja positif sepanjang tahun ini adalah Infovesta Money Market Fund Index alias reksa dana pasar uang dengan kenaikan 1,14%.

Dalam risetnya, Infovesta utama mengatakan pelemahan kinerja reksa dana saham disebabkan oleh penurunan minat investor melalui penurunan unit penyertaan hingga bulan Maret 2021 yang turun sebesar 1,96%.

Hal ini disebabkan karena kekhawatiran investor adanya ketidakpastian pemulihan ekonomi Indonesia di tengah pandemi Covid-19 yang masih belum berakhir sehingga investor memilih untuk berjaga- jaga sehingga cenderung menghindari jenis investasi yang memiliki risiko lebih tinggi.

Sementara itu Bank Indonesia sendiri pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 19-20 April merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia turun secara keseluruhan tahun 2021 dari 4,8% -5,8% menjadi 4,1% - 5,1%.

Ini disebabkan oleh masih terbatasnya mobilitas masyarakat sehingga tingkat konsumsi swasta cenderung stagnan. Selama tahun 2021, tingkat inflasi Indonesia secara Year on Year (YoY) hingga bulan Maret turun ke level 1,37% atau turun sebesar 18,45%.

Dari sisi global, tanda-tanda penurunan kasus Covid-19 pun masih belum terlihat. India masih mencatatkan kasus harian lebih dari 300 ribu kasus. Jepang juga menetapkan masa darurat untuk wilayah ibu kota Tokyo dan tiga prefektur lainnya yang mulai berlaku sejak 25 April kemarin.

Sedangkan Eropa seperti di Jerman, tingkat infeksi covid-19 masih meningkat meskipun ada pembatasan sosial ketat, sehingga tidak diharapkan adanya langkah pelonggaran pembatasan sebelum akhir Mei.

Di dalam negeri, pemerintah telah mengumumkan adanya larangan mudik untuk mencegah penyebaran Covid selama masa lebaran.

"Berdasarkan hal tersebut, kinerja reksa dana saham masih bergantung terhadap sentimen pasar yang mempengaruhi minat investor," tulis riset tersebut, dikutip Selasa (27/4/2021).

"Ke depannya, sentimen terkuat yang dapat menggerakan minat investor untuk Kembali berinvestasi ke dalam jenis reksa dana saham adalah adanya pemulihan ekonomi baik secara lokal maupun global yang didorong oleh meredanya kasus covid-19 setelah program vaksinasi mulai berjalan."

Baca: Ramai Nasabah Rugi di Unit Link, Ini Saran Bos Schroders
Namun demikian, disebutkan bahwa saat ini pasar keuangan masih minim sentimen, sehingga pasar saham diperkirakan masih belum akan kembali ke periode bullish.

Sentimen yang masih dinantikan oleh investor adalah penurunan jumlah kasus covid yang kemudian berdampak kepada pemulihan ekonomi Indonesia. Namun hingga adanya kepastian ini, diprediksi investor masih akan cenderung wait and see maupun mengalihkan investasinya kepada instrumen safe haven

Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan


Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment