Friday, May 21, 2021

Ikuti Wall Street, Bursa Asia Pagi Ini Cerah Bergairah

Virus Corona Kembali Tenggelamkan Bursa Asia ke Zona Merah - Bisnis Tempo.co 

 PT Equityworld Futures Medan-Pasar saham Asia dibuka menguat pada perdagangan Jumat (21/5/2021), menyusul penguatan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada penutupan Kamis (20/5/2021) waktu setempat atau dini hari waktu Indonesia.
Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,56%, Hang Seng Hong Kong tumbuh 0,32%, Shanghai Composite China naik 0,19%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,29%, dan KOSPI Korea Selatan terkerek 0,37%.

Dari data ekonomi di Asia, indeks harga konsumen (IHK) Jepang pada periode April 2021 telah dirilis pada pagi hari ini.



Berdasarkan data dari Trading Economics, IHK tahunan Jepang pada April tumbuh negatif atau kembali berkontraksi menjadi minus 0,4% (year-on-year/YoY), dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2020 di level -0,2%.

Sementara secara bulanan (month-on-month/MoM), IHK Negeri Sakura juga masih kontraksi menjadi minus 0,4%, dari sebelumnya pada Maret lalu di level -0,2%.

Adapun untuk IHK inti Negeri Sakura pada April 2021 tercatat tak mengalami perubahan, yakni tetap di level -0,1%.

Masih kontraksinya IHK di Jepang pada April tahun ini menandakan bahwa konsumsi di Negeri Sakura masih belum pulih, sebagai akibat dari pandemi virus corona (Covid-19).

Dari sisi korporasi, investor akan mengamati saham Tencent di Hong Kong, setelah raksasa teknologi China itu membukukan kenaikan laba sebesar 65% pada kuartal I-2021 yang dirilis pada Kamis kemarin.

Beralih ke AS, bursa saham New York (Wall Street) akhirnya berhasil ditutup di zona hijau, setelah selama tiga hari beruntun mengalami pelemahan.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,55% ke level 34.084,15, sedangkan indeks saham yang lebih luas yaitu S&P 500 melesat 1,06% ke 4.159,12, dan indeks Nasdaq Composite berakhir meroket 1,77% ke posisi 13.535,74 setelah saham-saham teknologi AS yang sempat terkena tekanan jual pun mulai bangkit.

Data pengangguran AS yang hasilnya cukup baik mampu menjadi booster untuk aset-aset berisiko seperti ekuitas.

Data klaim tunjangan pengangguran di AS mencapai angka 444.000, atau jauh lebih baik dari polling Dow Jones yang semula memperkirakan angka 452.000 setelah sepekan sebelumnya mencapai 473.000.

Angka pengangguran yang terus turun menjadi indikator positif bahwa perekonomian terbesar di dunia semakin membaik seiring dengan masifnya vaksinasi dan pembukaan ekonomi secara gradual.

Namun pelaku pasar juga masih mencerna risalah rapat komite pengambil kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mulai mensinyalkan perlunya tapering jika kondisi perekonomian semakin membaik.

Meskipun begitu, bos The Fed Jerome Powell masih memperingatkan bahwa perekonomian belum pulih benar kembali ke level sebelum pandemi. Pemulihan pun masih belum terjadi secara merata.

Ini menjadi tantangan utama bank sentral Negeri Adidaya tersebut untuk merubah stance kebijakan moneternya dari dovish menjadi hawkish.

Apabila mengacu pada laporan kebijakan moneter The Fed, kebanyakan anggota komite pengambil kebijakan cenderung berpikir untuk menaikkan suku bunga acuan tahun 2023 mendatang.

Hanya saja perlu diingat bahwa ini bukan masalah waktu kapan suku bunga harus dinaikkan, tetapi lebih ke perkembangan perekonomian.

Dual mandate yang dibebankan kepada The Fed mengharuskan bank sentral untuk bisa menjaga stabilitas harga dan mewujudkan kondisi maximum employment.

Hal inilah tantangan yang dihadapi The Fed saat ini. Pasalnya inflasi di AS sudah menunjukkan adanya kenaikan sementara tingkat pengangguran walau sudah menurun tetapi belum kembali ke level pra-pandemi.

Sebelumnya pada bulan lalu, inflasi Negeri Paman Sam tercatat naik 4,2% secara tahunan (YoY). Ini menjadi kenaikan tertinggi dalam lebih dari satu dekade terakhir


Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan


Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment