Monday, June 28, 2021

Asa Baru Aset Kripto, Dipimpin Ethereum Menguat Berjamaah

Ethereum Diprediksi Jadi Salah Satu Aset Kripto Incaran Tahun Ini 

 PT Equityworld Futures Medan-Harga mata uang kripto (cryptocurrency) terpantau bergerak positif pada perdagangan Senin (28/6/2021) pagi waktu Indonesia, setelah pada pekan lalu sempat bergerak di zona merah.
Berdasarkan data dari CoinMarketCap pukul 09:01 WIB, mayoritas pergerakan harga tujuh kripto dengan kapitalisasi terbesar bergerak menguat.

Bitcoin melesat 4,49% ke level US$ 34.352,14/koin atau setara dengan Rp 496.388.423/koin (asumsi kurs Rp 14.450/US$), Ethereum melonjak 5,42% ke US$ 1.968,90/koin (Rp 28.450.605/koin), Binance Coin menguat 0,68% ke US$ 286,92/koin (Rp 4.145.994/koin).


Berikutnya Cardano tumbuh 2,06% ke posisi US$ 1,32/koin atau setara dengan Rp 19.074/koin, Ripple terapresiasi 2,39% ke US$ 0,6402/koin (Rp 9.251/koin), dan Dogecoin bertambah 3,26% ke US$ 0,2558/koin (Rp 3.696/koin).

Sementara untuk koin digital Tether terpantau melemah cenderung stagnan di level US$ 1 per koinnya atau setara dengan Rp 14.450 per koinnya.

Pada pekan lalu, mayoritas kripto terbesar masih tercatat melemah, di mana dari tujuh kripto dengan kapitalisasi terbesar, Ripple menjadi yang terbesar dalam pelemahan kripto pada pekan lalu, yakni ambles hingga 15,08%. Sedangkan pelemahan yang terkecil dibukukan oleh kripto Tether yang melemah tipis 0,02%.

Pekan lalu, kabar kurang baik datang dari Inggris, di mana Badan Regulasi Keuangan (Financial Conduct Authority/FCA) Inggris resmi melarang operasional marketplace kripto Binance.

"Binance Markets Limited tidak diizinkan untuk melakukan aktivitas yang diatur di Inggris," demikian laporan FCA dilansir CNN Business.

"Tidak ada entitas lain di Grup Binance yang memegang segala bentuk otorisasi, pendaftaran atau lisensi Inggris untuk melakukan aktivitas yang diatur di Inggris," tegas pernyataan FCA itu.

Sebetulnya, perdagangan mata uang kripto tidak diatur secara langsung di Inggris. Namun, aktivitas terkait lainnya, seperti menjual derivatif, masih membutuhkan persetujuan otoritas keuangan setempat.

Pernyataan FCA sekaligus memperingatkan investor Inggris tentang volatilitas pasar kripto.

"Berhati-hatilah terhadap iklan online dan di media sosial yang menjanjikan pengembalian investasi tinggi dalam aset kripto," imbuh FCA.

Sementara itu, kecemasan akan kembali terjadinya crypto winter kini muncul dibenak para pelaku pasar. Crypto Winter pernah dialami Bitcoin pada 2018 silam, ketika harganya ambrol lebih dari 70%, kemudian stagnan cenderung menurun hingga April 2019.

Spekulasi akan kembali terjadinya musim dingin bagi aset kripto tersebut semakin menguat setelah Bitcoin pada 22 Juni lalu menembus ke bawah US$ 30.000, tepatnya di US$ 28.800 yang merupakan level terendah sejak 22 Januari lalu.

Jika dilihat dari rekor tertinggi sepanjang masa US$ 64.899,97 yang dicapai pada 14 April lalu, hingga ke level terendah tersebut, Bitcoin sudah ambrol lebih dari 55% dalam tempo 2 bulan saja.

Meski demikian, banyak analis mengatakan Bitcoin tidak akan mengalami crypto winter lagi, sebab kondisi di 2018 dengan saat ini susah jauh berbeda.

"Kita tidak akan pernah melihat crypto winter lagi. Ada lebih banyak kegunaan, adopsi, dan diversifikasi di industri kripto saat ini ketimbang tahun 2014 atau 2018," kata Mati Greenspan, manajer portofolio dan pendiri Quantum Economics, sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (22/6/2021)

Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan


Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment