Tuesday, August 30, 2022

Kripto Pelan-pelan Bangkit, Bitcoin Balik ke US$ 20.000

 Ilustrasi Cryptocurrency (Photo by Pierre Borthiry on Unsplash)PT Equityworld Futures Medan-Harga kripto utama cenderung menguat pada perdagangan Selasa (30/8/2022), di mana investor mulai perlahan kembali memburu kripto setelah mereka melepasnya.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:30 WIB, Bitcoin menguat 2,11% ke posisi harga US$ 20.165,08/koin atau setara dengan Rp 300.258.041/koin (asumsi kurs Rp 14.890/US$). Sedangkan untuk Ethereum melonjak 5,93% ke posisi US$ 1.530,51/koin atau Rp 22.789.294/koin.

Sementara untuk beberapa koin digital (token) alternatif (alternate coin/altcoin) seperti XRP melesat 2,41% ke US$ 0,33/koin (Rp 4.914/koin), Cardano melonjak 3,66% ke US$ 0,4473/koin (Rp 6.660/koin), Solana melompat 4,76% ke US$ 31,98/koin (Rp 476.182/koin), dan Dogecoin terapresiasi 2,5% ke US$ 0,06334/koin.

Bitcoin kembali diperdagangkan di level psikologis US$ 20.000 pada hari ini, setelah pada perdagangan Senin kemarin sempat terkoreksi ke kisaran US$ 19.000.

Investor dan trader sepertinya mulai perlahan kembali memburu kripto, setelah mereka melepasnya karena kekhawatiran akan kondisi ekonomi global setelah pidato Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell di simposium Jackson Hole.

Sebelumnya, Powell membuat pasar ketar-ketir, di mana dia menegaskan masih akan terus menaikkan suku bunga dengan agresif hingga inflasi melandai.

Alhasil, harapan Powell akan sedikit mengendurkan kenaikan suku bunga pun sirna, resesi Negeri Paman Sam semakin di depan mata.

"Memulihkan stabilitas harga kemungkinan membutuhkan stance yang ketat dalam waktu yang lama. Catatan sejarah sangat menentang pelonggaran kebijakan moneter yang prematur," kata Powell dalam acara simposium Jackson Hole, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (26/8/2022) lalu.

Bagi pelaku pasar sebelumnya, inflasi di AS sudah menunjukkan tanda-tanda mencapai puncaknya. Tetapi dengan pernyataan Powell tersebut, pasar pun berubah pikiran dan mereka melihat tren penurunan inflasi masih belum akan terjadi dalam waktu dekat.

Di lain sisi, isu resesi di AS bahkan dunia terus membayangi sentimen pelaku pasar. Saat ini masih ada perdebatan apakah perekonomian AS sudah mengalami resesi atau masih kuat. Sebab biasanya suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi dua kuartal beruntun.

AS sudah mengalaminya, tetapi pasar tenaga kerjanya masih sangat kuat. Alhasil, muncul perdebatan tersebut. Tetapi tidak bisa dipungkiri perekonomian AS sedang sakit, terutama akibat inflasi yang berada di level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

The Fed pun harus mengorbankan perekonomiannya dengan agresif menaikkan suku bunga guna meredam inflasi. Resesi sepertinya pasti akan terjadi.

Hasil survei terbaru dari Reuters menunjukkan para analis melihat perekonomian AS akan mengalami resesi dalam 12 bulan ke depan, dengan probabilitas 45%, naik dari probabilitas dalam survei Juli lalu sebesar 40%.

Tidak hanya AS, Eropa dan negara-negara yang mengalami penyakit inflasi juga terancam mengalami resesi.

Dalam sebuah makalah yang dirilis saat simposium Jackson Hole pekan lalu menunjukkan bank sentral disebut tidak bisa menurunkan inflasi sendiri, dan bisa membuat situasi bertambah buruk.

Riset yang ditulis oleh Francesso Bianchi dari John Hopkins University dan Leonardo Melosi dari The Fed Chicago menyebut inflasi saat ini dipicu oleh belanja pemerintah yang merespons pandemi Covid-19, dan menaikkan suku bunga tidak akan cukup untuk menurunkannya.

Artinya jika belanja pemerintah dikurangi untuk menurunkan inflasi, maka kontraksi ekonomi akan semakin dalam dan resesi semakin nyata.

Di lain sisi, CoinShares merilis riset mingguannya, di mana pihaknya mencatat adanya aliran dana keluar investor selama tiga minggu berturut-turut dengan total mencapai US$ 46 juta.

Laporan tersebut mengatakan bahwa sebesar US$ 29 juta dalam aliran dana keluar Bitcoin merupakan bagian terbesar dari jumlah ini.

"Riset terbaru kami melaporkan dalam dua kata yakni adanya apatis investor. Tidak ada katalis jangka pendek di cakrawala dan jadi kami menunggu...," kata Meltem Demirors, Chief Strategy Officer CoinShares dalam Twitternya




Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan


Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment