Monday, August 29, 2022

Pidato 8 Menit Powell Picu 'Huru-hara' di Pasar Asia

 Jerome PowellPT Equityworld Futures Medan-Pasar finansial Asia bergejolak pada perdagangan Senin (29/8/2022). Pemicu apa lagi kalo bukan pidato ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, Jerome Powell.
Pidatonya yang hanya berlangsung 8 menit membuat indeks dolar AS melesat ke rekor tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Dampaknya, rupiah dan mata uang utama Asia lainnya rontok.

Pasar saham juga mengalami nasib yang sama mengikuti bursa saham AS (Wall Street) yang ambrol pada perdagangan Jumat waktu setempat.



Melansir data Refinitiv, pada pukul 13:34 WIB, indeks dolar AS menguat 0,46% ke 109,478, level tertinggi sejak September 2002.



Di saat yang sama, nilai tukar rupiah jeblok 0,49% ke Rp 14.888/US$. Tidak hanya rupiah, beberapa mata uang Asia bahkan lebih buruk ketimbang rupiah.

Yen Jepang menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,87%, disusul yuan China 0,68% dan baht Thailand sebesar 0,66%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.


Dari pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat jeblok lebih dari 1,5% dan nyaris menembus ke bawah 7.000. Posisi IHSG membaik, perdagangan di sesi II pelemahanya menjadi sekitar 0,6%.

Indeks Nikkei Jepang menjadi yang paling parah, jeblok hingga 2,66%, kemudian Kospi Korea Selatan minus 2,13%, Straits Times Singapura merosot nyaris 1%, dan Hang Seng Hong Kong turun 0,8%. Indeks Shanghai Composite China mampu mencatat penguatan tipis, kurang dari 0,1%.

Pernyataan Powell benar-benar memukul sentimen pelaku pasar. Ia memperingatkan perekonomian Amerika Serikat akan mengalami "beberapa penderitaan".

Baca: Sakitnya Amerika Bisa Menular ke Indonesia! Semoga Tidak Lama
"Saat suku bunga tinggi, pertumbuhan ekonomi melambat, dan pasar tenaga kerja yang melemah maka akan membawa inflasi turun, itu juga akan memberikan beberapa kesakitan bagi rumah tangga dan dunia usaha. Itu adalah biaya yang harus kita tanggung guna menurunkan inflasi. Memang menyakitkan, tetapi kegagalan menurunkan inflasi berarti penderitaan yang lebih besar akan terjadi," kata Powell.

Inflasi di Amerika Serikat sudah menunjukkan tanda-tanda mencapai puncaknya, tetapi dengan pernyataan Powell tersebut, pasar melihat tren penurunan inflasi masih belum akan terjadi dalam waktu dekat.

Inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) yang menjadi acuan The Fed pada Juli tercatat tumbuh 6,3% year-on-year (yoy), turun dari bulan sebelumnya 6,8% (yoy). Meski menurun, tetapi masih di level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

Kemudian inflasi inti PCE tumbuh 4,6% (yoy), lebih rendah dari sebelumnya 4,8% (yoy).


Powell mengatakan, The Fed tidak akan terpengaruh dengan data selama satu atau dua bulan, dan masih akan terus menaikkan suku bunga sampai inflasi mendekati target 2%.

Ia menegaskan masih akan terus menaikkan suku bunga dengan agresif bahkan akan dibiarkan tinggi dalam waktu yang cukup lama hingga inflasi melandai.

Alhasil, harapan Powell akan sedikit mengendurkan kenaikan suku bunga pun sirna, resesi Amerika Serikat semakin di depan mata.

"Memulihkan stabilitas harga kemungkinan membutuhkan stance yang ketat dalam waktu yang lama. Catatan sejarah sangat menentang pelonggaran kebijakan moneter yang prematur," kata Powell dalam acara simposium Jackson Hole, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (26/8/2022).

Memang, salah satu cara cepat untuk menurunkan inflasi adalah resesi. Ketika resesi terjadi, maka dari sisi demand akan terjadi penurunan yang pada akhirnya menurunkan inflasi.

"Resesi adalah 'setan' yang diperlukan dan satu-satunya cara untuk segera menurunkan inflasi, di mana masyarakat tidak menjadi lebih miskin akibat tingginya harga-harga. Tidak perlu resesi yang besar, karena itu terjadi saat krisis finansial, saat ini keuangan rumah tangga masih kuat," kata Phiilip Marey, ahli strategi senior di Rabobank




Sumber : cnbcindonesia.com

PT Equityworld Medan
Equity world Medan


Lowongan Kerja Terbaru 2020
Loker EWF Medan

0 comments:

Post a Comment